Berkebun, yang dulunya identik dengan kegiatan di pedesaan kini mulai bergeser menjadi aktivitas yang bisa dilakukan semua orang, bahkan yang hidup di kota dengan lahan terbatas. Aktivitas berkebun di perkotaan ini dikenal dengan nama urban farming.
Saya pertama kali mendengar istilah urban farming melalui Komunitas Makassar Berkebun. Berawal dari event tanam perdana bulan di November 2011, saya mulai mengikuti perkembangan komunitas yang giat menyebarkan virus urban farming di kota Makassar ini.
Beberapa tahun terakhir ini memang semakin banyak masyarakat perkotaan yang berminat pada urban farming seiring dengan meningkatnya tren menjalani gaya hidup sehat. Dengan memanfaatkan halaman rumah, teras atau area rooftop, ternyata bisa juga bercocoktanam di lahan yang sempit. Grow your own food menjadi tagline penyemangat. Selain bisa untuk konsumsi harian keluarga, urban farming ini juga tergolong kegiatan yang menyenangkan, mudah dan relatif murah.
Urban Farming di Masa Pandemi
Setahun lebih pandemi Covid-19, dan kita seakan masih terkurung di rumah. Meskipun sekarang kondisi sudah lebih longgar dengan diberlakukannya new normal, tapi protockol kesehatan masih harus dijaga dengan ketat.
Saya sendiri masih lebih memilih berdiam di rumah dan tidak sering keluar jika tidak ada aktivitas penting. Di awal pandemi, saya sempat merasa stress. Yang terbiasa keluar untuk beraktivitas tiba-tiba harus terkurung di rumah dengan dua bocah yang menuntut perhatian penuh. Semakin lama batas toleransi rasanya semakin menurun, yang seringkali berujung ngerap tiada henti alias ngomel xD
Saat itulah seorang teman menyarankan saya mulai menanam, untuk mengalihkan energi dan sebagai stress release. Saya pikir tidak ada salahnya untuk dicoba. Selama ini saya memang belum pernah memulai bercocok tanam di rumah baik tanaman hias ataupun sayuran karena status rumah yang kami tinggali adalah rumah kontrakan. Malas saja kalau harus pindah rumah dan mesti ribet ngurus angkut tanamannya.
Nah, di masa pandemi begini saat ekonomi merosot tajam dan kita harus lebih sering ngekep dompet, berkebun di rumah bisa jadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga sendiri utamanya sayuran sehat. Sejumlah sayuran mulai dari pakcoy, sawi, bayam, kangkung, seledri, daun bawang, hingga cabe dan tomat bisa ditanam sendiri di rumah tanpa perlu memiliki halaman yang luas.
Banyak media yang bisa dimanfaatkan untuk menanam bukan hanya mengandalkan lahan kosong, misalnya memanfaatkan polybag, wadah bekas, pot yang digantung di pagar atau dinding, hingga menggunakan metoda hidroponik dan aquaponik dengan pipa paralon. Silakan pilih mana suka cocoknya dengan metoda yang mana.
Belum pernah berkebun sebelumnya? Ragu untuk memulai?
Jangan khawatir, itulah gunanya ponsel pintar yang selama ini kita genggam. Semakin berkembangnya teknologi memungkinkan kita untuk mencari jawaban-jawaban yang dibutuhkan. Hampir semua tersedia di internet.
Terkait dengan urban farming, saya sendiri suka menjadikan portal berintani.id sebagai sumber informasi seputar bercocok tanam, pupuk, agrikultur, dan info pangan yang sangat bermanfaat. Ada artikel tentang daftar sayuran yang cepat panen untuk ditanam sendiri di rumah, serba serbi pupuk, metoda hidroponik dan aquaponik, ragam tanaman obat herbal, perawatan tanaman hias sampai biaya pembuatan taman minimalis pun bisa didapatkan informasinya di portal tersebut.
Pun di akun instagram Berintani juga bisa kita dapatkan ragam informasi singkat terkait berkebun di lahan sempit. Kadang kan ada yang malas baca tulisan panjang, lebih suka jika sudah berbentuk rangkuman dan infografis, nah coba deh cek IG @berintani.id.
Misalnya nih, informasi singkat berkebun di lahan sempit yang bisa dilakukan dengan 4 cara. Geser ke samping aja, nanti akan muncul infografisnya.
Atau ini nih tips ngabuburit ala Berintani di bulan Ramadan ini.
Nah, dari feed IG Berintani saya juga menemukan aktivitas seru yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu di bulan Ramadan. Namanya Berintani Challenge. Pas baca, saya langsung merasa related gitu. Soalnya dari semua tantangan yang ada emang identik dengan aktivitas urban farming di masa pandemi yang selama ini sudah saya lakukan.
Berintani Challenge, Aktivitas Seru Mengisi Bulan Ramadan
Ada 7 tantangan yang bisa kita ikuti saat mengikuti Berintani Challenge ini.
Kegiatan 1 – Regrow sisa sayur yang kamu makan
Pada kegiatan ini kita ditantang untuk menanam kembali sayuran sisa. Potong bagian atasnya untuk dimasak dan sisihkan bonggolnya untuk ditanam kembali. Misalnya daun bawang, pakcoy, sawi, wortel, kemangi dan kangkung. Dengan begini, ga ada sisa sayuran yang terbuang.
Kegiatan 2 – Reuse kemasan sekali pakai
Ga mesti beli-beli pot untuk menanam dong, bisa dengan memanfaatkan kemasan sekali pakai misalnya botol air mineral, kaleng biskuit, dan kemasan minyak goreng. Selain lebih hemat, juga meminimalisir sampah plastik.
Kegiatan 3 – Menanam sayur dan benih tumbuhan
Beberapa sayuran yang mudah ditanam untuk pemula misalnya bayam, kangkung, sawi, seledri. Tanam yuk dan ikut challenge Berintani aktivitas 3.
Kegiatan 4 – Memanfaatkan cangkang telur menjadi pupuk
Telur, salah satu makanan favorit di rumah. Konsumsi isinya dan jadikan cangkangnya sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman.
Kegiatan 5 – Masak dari hasil kebun sendiri
Paling suka deh sehabis petik sayuran langsung dimasak, rasanya segar manis. Kangkung cah, tumis sawi, oseng buncis wortel, jus sayuran hijau, terong bakar. Ya Allah jadi ngences padahal bulan puasa wkwkwkwk
Kegiatan 6 – membuat kompos sendiri
Nah, dengan mengompos sendiri dari limbah organik rumah tangga yang dapat terurai, bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman.
Kegiatan 7 – kurangi konsumsi plastik
Plastik susah untuk terurai dan menjadi salah satu masalah sampah di dunia. Plastik yang terkubur di dalam tanah akan menyebabkan tanah kekurangan unsur hara. Apa solusimu untuk mengurangi konsumsi plastik?
Selama bulan Ramadan ini saya banyak menghabiskan mengurus tanaman, di samping mengurus rumah, anak dan suami tentunya. Repotting, memangkas, memupuk dan menanam bibit beberapa jenis sayuran. Makanya saya bilang tadi, pas baca Berintani Challenge ini jadi langsung berasa related, karena kegiatan berkebun ini memang asik dan seru dilakukan di bulan Ramadan. Waktu jadi berlalu tanpa terasa tau-tau udah menjelang maghrib aja dan waktunya menyiapkan hidangan buka puasa.
Dari 7 kegiatan Berintani Challenge, saya memutuskan untuk mengikuti kegiatan 2 – reuse kemasan sekali pakai. Baeberapa hari yang lalu, saya memindahkan tanaman bunga telang dan tanaman tomat hasil stek ke dalam kemasan minyak goreng. Pun saya memang menjadikan kemasan air mineral sebagai tempat menanam benih sebelum dipindahkan ke tanah atau pot yang lebih besar.
Oh iya, Berintani Challange ini juga punya marchandise menarik buat kita yang beruntung dalam challange ini. Yuklah mulai #tanamkebaikan dari rumah, bisa bantu hilangkan stress, tanaman sayurnya juga bisa dipanen sendiri, alhasil jadi lebih hemat hehe
Memanfaatkan Barang Bekas jadi Pot Tanaman
Reuse adalah salah satu prinsip pengolahan sampah 3R (Reduce – Reuse – Recycle). Setalah melakukan pengurangan (reduce), maka usahakan menggunakan kembali sampah yang dihasilkan (reuse) untuk meminimalisir terbuangnya sampah yang akan menambah masalah sampah dunia. Reuse biasanya identik dengan penggunaan barang tersebut untuk fungsi yang lain tanpa mengubah bentuknya. Kalau bentuk dan fungsi barang berubah, nah itu masuknya ke recycle.
Banyak sekali kemasan sekali pakai yang bisa kita manfaatkan sebagai pot tanaman. Sebelumnya jangan lupa dicuci dulu dan dilubangi bagian bawah sebagai tempat keluarnya air. Air yang tertampung akan membuat akar tanaman membusuk.
Beberapa wadah bekas yang saya gunakan bisa dilihat di foto berikut.
Mudah kan? Dengan memanfaatkan wadah bekas seperti ini, kita sudah berkontribusi mengurangi tumpukan sampah. Dengan berkebun di rumah, juga memberi banyak manfaat selain untuk diri sendiri juga buat orang lain. Sayuran sehat dan segar selalu tersedia, lebih hemat, turut menghijaukan lingkungan sekaligus mengurangi dampak pemanasan global.
Syukur-syukur bisa berbagi dengan tetangga jika hasil panen sayurannya banyak. Bisa sekalian jadi ladang #TanamKebaikan dengan #PupukPahala di bulan suci Ramadan seperti ini. Bagaimana, siap untuk berkebun di rumah dan ikutan Berintani Challenge? Cek di IG @berintani.id untuk info lengkapnya yaaa 🙂
Pandemi mengubah banyak hal. Khususnya dalam mengenalkan urban farming ke masyarakat luas. Sebagai abdi negara, urban farming juga akan membuka kesempatan baru sebagai bisnis sampingan yang layak ditekuni.
Salam kenal dari sesama blogger makassar, Mbak.
Keren sekali Kak Nanie, yang paling penting memang dari aktivitas berkebun adalah mengolah dan mengkonsumsi olahan hasil kebun kita. Itu poin yang mendukung sustainabilitasnya.
Saya juga suka pake wadah bekas buat tanam-tanam. Karton bekas susu cair saya pake semai sawi, wadah bekas minyak goreng buat regrow daun bawang. Lumayan daripada beli pot.
Wihh kak aiii, keren. Memanfaatkan barang bekas buat berkebun. Lumayan bangat ya kak
Kalo punya halaman rumah yang luas, jadi pengen juga bertani. Urban farming soluis di era saat ini
kota Batu banyak warganya aktifitas urban farming, di rumah juga ada kegiatan serupa. Harapannya biar enak dipandang sewaktu-waktu.
Kereeeen sih kegiatannya ada :D. Aku tuh selalu seneng liat temen2 yg posting foto2 tanaman yg mereka tanam. Apalagi kalo tumbuhnya subuuur mba.
Pengen, tp aku ga yakin bisa telaten. Tau diri, aku tipe yg anget di awal kalo masalah tanaman hahahaha. Kasian tanamannya kalo ujung2 ga keurus. Trus rumahku juga ga ada halaman samasekali. Yg apartemen sami mawon. Kalo mau, palingan pake pot :D.
Kereeeen sih kegiatannya ada :D. Aku tuh selalu seneng liat temen2 yg posting foto2 tanaman yg mereka tanam. Apalagi kalo tumbuhnya subuuur mba.
Pengen, tp aku ga yakin bisa telaten. Tau diri, aku tipe yg anget di awal kalo masalah tanaman hahahaha. Kasian tanamannya kalo ujung2 ga keurus. Trus rumahku juga ga ada halaman samasekali. Yg apartemen sami mawon. Kalo mau, palingan pake pot :D.
Baru tahu cara menanam uban warning boleh nih nanti aku coba dan hasil nya tanaman pun cukup indah dan subur.
Cocok banget nih menghiasi pekarangan rumah
Hallo kak Nanie…salam kenal ya. Oya saya juga hobi urban farming di samping rumah…. saya kasih saran boleh ya, kalo nanem jahe itu bagusnya pake wadah pot polybag jadinya lebih cepat pertumbuhannya. Kasih pupuk kotoran ternak dari kotoran ayam. Pasti bagus kak hasilnya. Kuncinya juga disiram, dilakukan pendangiran dan penyiangan secara berkala. Lumayan kalo sudah panen.
Suami saya yang suka berkebun. Sulit gak menanam cabe katokkon? Saya suka banget cabe ini. Rasa pedasnya mantap banget. Tetapi, di sini gak ada yang jual
Kalau urban farming di daerah rumah mpo beluman mulai nih. Baru ngumpul sampah plastik. Semoga sayuran dan buah buahan cepat gede biar mpo bisa icip-icip
Kreatif sekali mbak Nanie menanam seperti ini. Ternyata wadah2 untuk pot ga selalu kudu baru ya. Dari benda2 yang ada di rumah juga bisa. Urban farming menjadi gaya hidup masyarakat nih. Eh bisa buat mengisi waktu luang dan menghasilkan uang malah. Aku mah ga demen tanaman, kayaknya ga bertangan dingin #ngeles haha padahal malas. TFS ya.
saat rumahku jadi nanti, saya juga pengen punya kebun sendiri di pekarangan rumah. Kayaknya seru banget bisa memetik sayur dan buah dari kebun sendiri
aku juga jadi suak berkebun akhirnya , setelah merasa gak berbakat
Wah keren Mom. Saya pengen sebenarnya bercocok tanam, tapi kurang telaten. Tanah di halaman rumah juga sepertinya nggak bagus, karena pohon pepaya di depan rumah sempat mati juga, batangnya kayak kosong gitu, trus lombok saya hanya sempat berbuah sekali banyak, setelahnya mati juga.
pok…pok..pok
selamat paprikanya berhasil tumbuh
Pe eR saya banget tuh paprika, saya baru berhasil tanam brokoli dan pastinya tomat , cabe dkk
ternyata kita ketemuan disini mbak Nanie, saya dulu ikut Bdg Berkebun bareng founder Indonesia Berkebun, Kang Emil
Bercocoktanam itu ternyata mengademkan hati ya Mbak. Apalagi dalam beberapa waktu kedepan bisa melihat hasilnya. Terus bisa dikonsumsi sendiri pulak.
BTW, saya baru tahu loh kalau cangkang telur bisa dijadikan pupuk. Gimana caranya itu ya?
Mba Naniii, haturnuhun, ini berfaedah bangeett
Dipikir2 iya juga siik, limba rumtang tuh buanyaaak, padahal bisa dimanfaatkan buat kompos ya
semogaa, daku dan kluarga bs makin semangat ber-urban farming, yeayyy!
urban farming memang menjadi satu kegiatan yang membawa banyak manfaat ya mba. Selain memang baik untuk lingkungan dan bumi, juga jadi hobby yang menyegarkan jiwa raga
Kemarin lagi cari pohon cabe tapi belum ketemu, rencananya mau mencoba bertanam depan rumah hihihi.. enak masak dari panen sendiri.
Dengan berkebun jadi membuat kita lebih ramah lingkungan. Tanpa sadar jadi bisa tanam bumbu dapur sendiri, dan bijak dengan plastik
Mantap banget nih, bisa urban farming dan menggunakan berbagai kemasan bekas pakai. Aku udah gak pernah urban farming lagi sejak gak ada yang bantu nyiram tanamanku (nanam cabe rawit). Waktu itu memang aku lebih banyak ke tempat ibuku (beda kota dengan kotaku tinggal), begitu rumah kutinggal, eh yang nunggu rumah nggak nyiramin tanaman. Mati deh…
Rajinnya Nanie. Saya tosseng malasnya bertanam2. Ada ji cangkang2 telur krn lumayang rajin makan telur orang di rumah. Ada juga tanaman macam2nya bapak tapi saya malas ikut menanam. Kalau selesai kerjaan rumah, saya maunya langsung menulis atau BW 😀
Astaga okkot … lumayan maksudnya.
Ndak papaji okkots ces..
Wkwkwk terniatku ngecek bagian okkotsnya Kak Niar, padahal biasa tonja’ okkots~
saya juga sempat bertanam, tapi karena tempatnya sempit dan kurang cahaya jadinya enggak bisa subur walaupun masih tetap hidup….
Mupengnyamiii sama kegiatan urban farming gini. Apalagi kalau lihat teman-teman dengan lahan terbatas di rumahnya, tapi sukses panen ini itu. Huhuhu. Terus ku sadar diri tidak telaten ngurus tanaman, jadi ku putuskan mundur dan jadi pihak pembeli yang sudah dipanen saja wkwkwk
Semenjak pandemi memang semakin banyak yang hobi berkebun ya, mbak. Apa laginada challenge kaya gini, pasti yang sedang berkebun makin semangat nih
Keren jaman now urban farming nih.
bener banget jadi lebih bijak dan irit juga yaa, kalo pas menanamm pohon yang bisa menghasiklan pangan.
Bisa dimakan langsung juga .
sejak dulu, saya selalu berhayal punya kebun mini di rumah. Insyaallah hayalan ini bisa saya wujudkan saat pindah ke rumah kami nanti
Senang kalau melihat tanaman yang tumbuh sehat dan subur. Dan berkebun ini membutuhkan ketelatenan.
Aku suka nemenin suamiku sama anak-anak saat mereka uplek di kebun. Hihii~
Soalnya aku sejujurnya kesulitan merawat tanaman. Satu-satunya tanaman di kebun kami kini yang tumbuh adalah nanas Subang. Yeeay~
Saya sekarang tertarik dengan dunia hijau ini. Semenjak pandemi memang mengubah banyak hal ya. termasuk tentang hobi berkebun ini. Hobi baru yang menyenangkan…
wow inspiratif banget nih mbak Beritani Challenge, jadi bisa memanfaatkan sisa sayuran maupun botol bekas untuk bercocok tanam. Jadi banyak aktifitas dimasa pandemi ini ya mbak. Selain untuk memutus mata rantai covid-19, kita juga bisa hidup lebih sehat lagi, dengan mengonsumsi sayur yang kita tanam di lahan sendiri dan minim zat kimia.
Sekarang di perkotaan pun banyak yang berkebun ya mbak dengan lahan terbatas tapi bisa memaksimalkan lahan. Gak ada yang gak mungkin asal niat & ada kemauan untuk menghijaukan sekitar. Itu bentuk cabainya unik bnaget mbak gak kaya biasanya
Di rumah kami juga menanam sayuran mbak tapi yang tumbuh cuma kangkung ma cabe nih haha
Belum sempat nanam yg lain lagi
Wah ide bagus nih memnafaatkan wadah bekas buat jd pot tanaman ya
#memanfaatkan
Meski lahan sempit kita bisa saja mengakalinya agar kegiatan bercocok tanam tetap dilakukan ya mbak. Aku dan suami dengan teras seumprit nanam cabe, dll pakai wadah bekas.
Challangenya berfaedah semua ya kak dan ini masih menjadi PR ku nih regrow sisa sayur soale biasanya tak langsung buang gt aja huhu.
wiih seneng banget aku liatnya mba. tetanggaku juga ada nih yang telaten banget mengurus tanaman hidroponiknya. trus aku lihat seledri dan pokcoynya pada gendut-gendut, terongnya juga. gemess.. pengen ikutan juga tapi aku ga telaten urus tanaman haha
Niat akhir tahun mau bikin kebun di rumah, tapi ternyata cuaca disini panasnya ngga tahan mba, daun tanamannya sampe kuning dan kebakar coklat2 saking panasnya. Sedih 🙁
aku di awal-awal pandemi demen banget nanem2 di depan rumah, mbak.
Ee abis itu bubaarrr… tanaman mati semua.
akhirnya ngelanjutin nanem tanaman yang keras aja, misalnya pohon salam dan pohon jeruk yang lebih mudah maintenancenya, hehe.
memang menyenangkan bertanam walaupun di lahan sempit. Apalagi kalau menanam yang bisa diambil buahnya. Saat panen bahagia rasanya
aku baru tahu istilah urban farming mbak
ternyata istilah yang mungkin pas untuk kondisi saat ini, jika dirumah ada lahan sempit, bisa disebut urban farming ya
di rumahku nggak ada sisa lahan, jadi orangtua kalau nanam di pot pot begini juga mba, biar suasana rumah ada ijo ijonya
Berkebun jadi jawaban menghempas kebosanan ya kak. Manfaatnya juga banyak. Apalah saya masih sekadar niat saja hahaha… enaknya itu bayam brazil gank
artikelnya bagus , simpel dan mudah dicerna , teruslah menulis, terima kasih
Terima kasih atas apresiasinya koh Herry 🙂