Menjadi orang tua di zaman yang berbeda saat kita kecil dahulu menimbulkan tantangan tersendiri. Menerapkan “Didiklah anak sesuai zamannya karena dia hidup di zaman yang berbeda denganmu” bukanlah perkara mudah, tapi juga bukanlah hal yang tidak mungkin. Sepanjang kita sebagai orang tua selalu meng-upgrade diri dan wawasan, terbuka dengan pasangan dan sadar diri akan kebutuhan anak sekarang yang berbeda dengan anak zaman dulu.
Sekarang era teknologi canggih, zaman digital, tentu yang hal yang cukup sulit untuk menjauhkan ataupun melarang anak bermain gadget. Maksud hati ingin mencegah dampak buruk eh yang terjadi adalah anak terkucil dari pergaulan. Yang perlu dilakukan adalah berkompromi dengan anak, tentu saja dengan tidak melepaskan kontrol sebagai orang tua.
Disclaimer : Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui,melainkan sebuah catatan bagi diri saya pribadi sebagai orang tua yang memiliki anak di zaman digital. Jikapun kemudian ada yang mendapat manfaat dari tulisan ini, alhamdulillah, mari saling belajar dan saling menguatkan sebagai orang tua generasi digital.
Ridwan Khalfani, anak saya yang berusia 4 tahunan, bisa dibilang adalah anak yang melek gadget. Gak bisa saya pungkiri juga, youtube ini membantu pesatnya perkembangan perbendaharaan kata Ridwan. Rasa-rasanya saya gak pernah mengajarinya untuk buka yutub ataupun aplikasi lainnya, tapi ya kok seperti ada insting alami ya yang diklik adalah ini lalu ini dan ini. Atau mungkin dari hasil pengamatannya saat saya dan ayahnya sedang pegang ponsel.
Orang tua adalah role model bagi anaknya. Saya sebagai blogger, pun suami saya yang juga blogger, tentu saja aktif di sosial media. Belum lagi saya juga punya online shop. Melihat keseharian kita yang selalu pegang ponsel, tentu anak akan familiar dan menganggap adalah hal yang wajar.
Beberapa waktu yang lalu saat saya menang ponsel di sebuah event, Ridwan dengan spontan berkata “hape bunda buat saya deh”. Kedengarannya menggemaskan ya, kok dia bisa ngerti ya kalau akhirnya ada hape satu yang bakal nganggur. Tapi saya anggap ini sebagai warning, sedemikian terbiasanya dia dengan benda ini sehingga menganggap hal yang wajar kalau dia pun seharusnyamemiliki satu hape padahal usianya baru 4 tahun. Dengan tegas saya bilang, “ oh tidak bisa, Ridwan masih anak kecil belum bisa punya hape. Tapi nanti bisa pinjam hape bunda 🙂 ”.
Kalau generasi Z (1995-2010) digolongkan ke dalam generasi yang lahir dan dibesarkan di era serba digital dan teknologi canggih, dengan menjadikan internet untuk mempermudah mereka mendapatkan akses informasi terkini, entah disebut apa generasi selanjutnya yang lahir di tahun 2011 ke atas (termasuk Ridwan yang lahir di tahun 2014). Jika sekarang saja kita sebagai orang tua sudah terkaget-kaget dengan perkembangan teknologi yang sedemikian pesatnya, bagaimana nanti ya 10 tahun ke depan saat Ridwan dan teman-teman seusianya memasuki fase remaja.
Menerapkan Digital Parenting
Seperti yang saya sebutkan di awal, cukup sulit jika ingin mengisolasi anak dari gadget. Alih-alih menghindarinya, yang harus kita lakukan adalah menghadapinya. Sebenarnya ada cara lain yang efektif dan baik diterapkan untuk mengatur penggunaan gadget pada anak, yaitu Digital Parenting.
Digital parenting merupakan pola pengasuhan orang tua yang disesuaikan dengan kebiasaan anak yang akrab dalam memakai perangkat digital. Poin utamanya adalah memberikan batasan jelas pada anak tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat memakai gadget.
Misalnya nih, tidak boleh pake ponsel saat sedang di meja makan, hanya boleh saat akhir pekan saja, ada batasan waktu pakenya dan tidak sampai larut malam, tidak boleh saat jam belajar dan aturan lainnya sesuai kondisi masing-masing keluarga. Jangan lupa menetapkan sanksi apa yang diberikan saat anak melanggar. Jangan lupa juga beri penjelasan mengapa aturan dan sanksi diterapkan, agar anak tidak hanya sekadar patuh yang penting tujuannya tercapai tapi juga bisa paham dan bekerjasama dengan kita sebagai orang tuanya.
Poin-poin kesepakatan ini bisa ditulis dan ditempel di tempat yang mudah terlihat, agar anak dan orang tua bisa saling mengingatkan jika ada poin yang terlupa. Setelah kesepakatan dibuat, anak dan orang tua setuju, barulah gadget diberikan .
Sebagai orang tua yang hidup di zaman digital, kita juga harus mengupgrade diri. Yuk simak video tentang digital parenting dari literasidigital.id berikut ini, yang membahas edukasi tentang penggunaan teknologi digital anak.
Tips Agar Anak Aman Bermain Gadget
Nah, kalau gadget sudah siap diberikan, ada baiknya menerapkan tips berikut agar anak bisa diarahkan untuk memanfaatkan gadget secara sehat.
Gadget hanya dipinjamkan bukan diberikan
Dengan memberi label gadget pinjaman bukan milik anak secara pribadi, kita sebagai orang tua bisa sewaktu-waktu memeriksa ataupun menarik gadget jika terjadi pelanggaran kesepakatan. Dengan demikian, orang tua tetap memiliki kontrol penuh.
Buatkan akun untuk anak
Yang banyak terjadi belakangan ini adalah anak membuatkan akun sosial media untuk orang tuanya. Padahal seharusnya sebaliknya, orang tua yang membuatkan akun buat anak. Ini berarti sebagai orang tua, kita harus paham dulu, harus belajar lebih dahulu. Buatlah akun google untuk anak, bukan sebaliknya.
Aktifkan Google Maps dan Google Photo
Dua aplikasi ini berguna sekali. Dengan mengaktifkan lokasi Gmaps di gadget anak lalu share lokasi di akun Gmaps orang tua, kita bisa mengecek keberadaan anak-anak berikut history di mana dia berada sebelumnya. Saat setting lokasi, pilih akurasi tinggi. Fitur lokasi yang aktif juga bisa dimanfaatkan apabila ponsel hilang, dilacak dengan salah satu Google Play product “Temukan Perangkat Saya”.
Sedangkan dengan mengaktifkan sinkronisasi pada Google Photo, kita bisa memantau foto apa saja yang ada di ponsel anak. Baik foto yang dia ambil sendiri maupun foto yang dia terima di ponselnya.
Setting Play Store, Google Search dan Youtube
Setiap aplikasi yang ada di play store memiliki batasan usia. Nah ternyata ini bisa disetting juga agar anak hanya bisa mengunduh aplikasi yang sesuai dengan usianya. Caranya, pilih setting/setelan – kontrol pengguna –kontrol orang tua (jangan lupa aktifkan dan pasang PIN supaya anak gak bisa ubah). Lalu masuk ke Aplikasi& Game (ada rating seperti 3+, 7+, 12+, 16+, dan 18+). Dengan setting 12+ misalnya, anak hanya bisa menemukan aplikasi dan games dengan rating 3+, 7+ dan 12+. Lebih dari itu tidak akan muncul di pencarian. Di ponsel saya yang biasa dipinjam Ridwan sih belum terpasang, karena memang dia belum tahu cara mengunduh aplikasi ataupun games. Saya juga extra berhati-hati, jangan sampai kecolongan dia liat caranya. Jangan lupa, anak adalah peniru ulung.
Bisa saja konten negatif juga muncul saat anak melakukan penelusuran di Google. Untuk meminimalisir, aktifkan fitur safe search di Google Chrome. Caranya, masuk ke Setelan – Google – Penelusuran – Akun & Privasi – Safe Search Filter.
Youtube, ini nih aplikasi favorit Ridwan di ponsel 😀 Biasanya sih dia nontonnya yang film kartun begitu, atau video bikin-bikin clay, slime, unboxing mainan dan semacamnya. Tapi di youtube kan, kalau kita klik satu video, video lain akan muncul di bawahnya, yang bukan tidak mungkin akan terselip satu atau dua video yang berisi konten tidak pantas untuk anak. Kita bisa mengaktifkan mode terbatas, caranya dengan masuk ke akun (sudut kanan atas) – Setelan – Umum, aktifkan mode Terbatas agar anak tidak bisa mengakses video yang tidak sesuai usianya.
Mengaktifkan fitur-fitur ini memang tidak serta merta terfilter 100% akurat tetapi ini sangat membantu orang tua menghindarkan anak dari konten negatif yang tidak pantas untuk seusianya. Daripada tidak terfilter sama sekali kan?
**
Satu poin penting yang harus diingat, dengan memberikan ataupun menyediakan gadget buat anak, bukan berarti kita sebagai orang tua bisa lepas tangan dari kewajiban. Seorang anak tetap berhak atas perhatian dan kasih sayang yang memang semestinya dia dapatkan. Gadget bukanlah pengganti orangtua, karena memang tidak ada yang bisa menggantikan kasih sayang orang tua pada anaknya.
Yuk menjadi orang tua yang melek digital parenting, demi masa depan anak kita sendiri.
Jangan melarang anakmu mendekati sungai, tapi ajarilah dia berenang – Amal Hasan
#siberkreasi #soimakassar #soimakassar2 #jempolpositif
Kayaknya Ridwan masuk generasi Alfa. Kalau anak2ku generasi Z semua. Daaan perkembangan makin ke sini makin tak terduga ya. Memang makin harus cekatan mamaknya supaya bisa menjadi digital parents.
Oh generasi alfa mi namanya kak :S
Auf juga lumayan banyak belajar loh dari yucup dan aplikasi2 edukasi yg sy install.. Untungnya dia nurut aja kalau saya pilihkan aplikasi apa saja yang boleh digunakan..
Iya dih, auf sama kayak ridwan, generasi alfa
Mendidik sesuai jaman dih kak, karena jaman akan terus berubah maka pola asuh juga harus terus diperbarui, emak harus siap, kalo ndak bisa jadi kita akan jadi emak-emak yang bawaannya marah melulu dan ngebete-in karena kurang bisa menerima perubahan…
Iyes unga, zaman berubah terus, mamak2 harusnya upgrade diri
Pernahka juga nulis, car a ku kasi gadget ke revan wkkwk.. klo revan itu perharinya sejam . . Cara ngakalinya dnegan koin yg hadiah choki choki.. 1 koin/15 mnit.. tp memang yutup itu ada sisi postive nya juga.. salah satunya revan bljar wrna wrna dlaam bhsa inggris via yutup wkkwk
Nah ridwan juga nahh, belajar warna dari yutub. Padahal berkali2 Saya Kasi Tau warna selalu salah sebutnya eh pas nonton yutub nda lamaji dia lgsg taumi semua warna. Anak visual ki
Wuiih bagus nih buat saya nanti, benarnya saya suka gaya kamu mengajar idwan si tayo boy hehe, semoga menjadi inspirasi saya nanti saat punya anak
Sebenarnya Saya juga masih buanyaaakkk kekurangan sebagai orang tua, makanya bikin postingan begini sebagai catatan sekaligus reminder bagi diri sendiri
Kirana sudah bisa install game sendiri huhuhu… Tapi tetap harus seijin saya. Nonton YouTube pun sebisa mungkin diawasi. Kalau ada yang aneh-aneh langsung suruh ganti, bilangi itu bukan tontonan anak-anak. Untungnya sih,meskipun suka main gadget, Kirana masih lebih suka main sama teman-temannya tanpa melibatkan gadget.
Setting ki playstorenya ayi, jadi 7+. Yg muncul nanti aplikasi Dan games di bawah 7 tahun ji
Gak bisa tidak, kita emang harus menyesuaikan pola didik terhadap anak sesuai zaman.
Kids zaman now ya mainannya gadget.
Tapi ya itu, tetap harus kita batas sesuai usianya.
Iyes kak, memang sudah era digital, wattuna mi memang. Tapi nda bisaki juga lepas kontrol sebagai orang tua
Aku sering melihat anak-anak main gadget tanpa pengawasan, umurnya pun baru 3 tahun. Setelah diperhatikan, dirinya sendiri sepertinya tdk mengerti kontennya karena hanya dipencet-pencet. Jadi, kadang kontennya asal bgt. Pernah ku lihat dia (anak laki-laki) sedang menonton tutorial make up, padahal sebaiknya menonton kartun dan animasi yang ada nilai edukasi dan hiburannya.
Nah, makanya penting sekali pengawasan dari orang tua ya mba.
Bermanfaat banget mba, anak saya juga suka main gadget, meskipun di batasi.
Kalau yutub kayaknya masih jaranhg, soalnya saya batasi gak kasih koneksi internet hehehe.
Meskipun demikian, dia tetep aja liat yutub pas bareng temennya.
Ya banyakin di sounding juga sih, apa yang boleh diliat, apa yang ga boleh 🙂
Yuk..
Gimana pun ortu pengennya ngasih yang terbaik buat anaknya ya, mudah2an kita menjadi ortu yang bisa ngawasin anak2 di sela2 bermain gadgetnya.
Anak saya malah tahu duluan pakai youtube dan saya baru-baru ini saja. Hehe. Ketinggalan canggih duluan.
Zaman sekarang ini menjadi orang tua harus pinter dan cerdas, soalnya anak-anak sekarang sudah gampang banget candu gejet. apalagi dapat lingkungan yang anak-anaknya sering main gejet. kita rus punya tips sendiri untuk mengarahkan anak pada aplikasi yang bisa mendidik.
Bagus banget ada digital parenting, kta bisa mengarahka aktivitas digital anak. orang tua juga harus rajin memperhatikan aktivitas digital anak. harus siaga
minjamin gadget anak ini ngeri-ngeri sedap ya Mba, aku biasanya minjamin ke ponakan. Tapi juga perlu pendampingan. Makasih banget tipsnya mba Nanie, ini bakalan juga aku sharin ke tanteku agar lebih waspada soal gadget untuk anak.
Kalau saya juga memberikan anak gadget tapi ada batas waktunya, apalagi kalau hari sekolah hanya boleh sore hari saja dan dengan batas waktu maksimal dengan 1 jam saja. Biasanya juga dia belajar atau main games interaktif di gadgetnya. Dan sejujurnya anakku mengenal warna lebih dulu dari gadgetnya, yang penting sebenarnya kita sebagai orang tua mengawasi saat anak asik dengan gadgetnya.
Wah, ilmu bermanfaat banget ini mbak. Terima kasih yaa
Wahhh ini pembahasan yang menarik. poin pertama “Gadget hanya dipinjamkan bukan diberikan” saya setuju banget. Dengan begitu kita bisa memegang kendali penuh pada perangkat tersebut.
Awalnya saya juga melarang Rani untuk pakai gadget. Tapi saya pikir-pikir lagi, bagaimana mau dilarang? Lah sehari-hari yang dia lihat papa mamanya berurusan/kerjanya pakai gadget. Akhirnya saya kasih dia pakai hp lama saya, Samsung apa ya? Lupa..tapi tetap dibatasi. Jadi ada waktunya untuk main gadget, yakni kalau udah kerja PR dan shalat. HPnya juga selalu saya yang pegang. Nanti pas dia mau pakai, baru dia minta.
Hal yang dilakukan biasanya menggambar-menggambar di sketch, bikin-bikin video ala orang ngevlog atau ngeyoutube. Sudahlah youtubenya saya setting untuk mode aman, saya juga ingatkan ke dia bahwa yang boleh ditonton hanya channel Nussa dan murottal. Alhamdulillah anaknya nurut.
Kalaupun hpnya saya lepas di sembarang tempat dan dia lihat juga ndak papa sih. Toh saya kunci layarnya dan dia tidak tahu buka. Oh iya, sebenarnya bisaji dia full tanpa gadget. Ini anak sukanya crafting. Gunting, tempel, dll..berkarya pokoknya. Cuma kadang mamanya yang ndak sabaran kalau sudah lihat rumah berantakan sana sini wkwkwk..coba saya lepas saja dia berkarya, deh..fokusmi terus..Mamanya kadang-kadang suruh berhenti kalau ekstrim mi berantakannya. #ihik
Iya sih semakin dilarang anak kecil sekarang semakin penasaran. Jadi memang lebih baik dipinjamkan, bukan diberi. Kita sendiri saat ini sudah butuh gadget, dan anak yang melihat kita pasti juga ingin mencoba.
Aku blm punya anak, tapi kalau ponakan pinjam gadget atau hp. Selalu dikasih waktu.
10 menit ya
20 menit ya
Terus dikasih tau, nanti harus berhenti jam sekian. Lama lama dia ngert, dan jadi menghargai waktu. Awalnya sih waktu diminta setelah pakai gadget 10 menit marah-marah, tapi lama lama ngerti.