Menjadi orang tua yang terbaik bagi anak memang tidak mudah. Anak-anak terus tumbuh dan berkembang, kewajiban kita sebagai orang tua untuk terus jadi pembelajar, menerapkan dan memantaskan diri menjadi orang tua hebat.
Tidak ada sekolah formal untuk menjadi orang tua. Yang bisa kita lakukan adalah terus belajar baik dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.
Memperbanyak bacaan, mengikuti event bertema parenting,bertanya ke yang lebih nerpengalaman hingga berdiskusi dengan teman, merupakan beberapa cara yang saya tempuh untuk meningkatkan kapasitas diri sebagai orang tua.
Ahad, 1 Juli 2018. Saya dan beberapa teman Blogger Makassar menghadiri diskusi parenting yang berlangsung di aula Sekolah Islam Athirah jalan Kajaolalido. Acara yang mengusung tema “Talkshow Pendidikan Orang Tua Hebat – Mendorong Sekolah Ramah Anak, Solusi Cerdas Optimalkan Potensi Anak di Era Milenial” ini diselenggarakan oleh KerLip (gerakan Keluarga Peduli Pendidikan) dengan menghadirkan narasumber hebat yaitu Nyi Mas Diane WS, Psi (Mba Dee) dan Amal Hasan (Eyank).
Di awal acara, Pak Bagus Dibyo Sumantri dari KerLip memberikan sambutan dan perkenalan tentang KerLip dan Sekolah Ramah Anak. Keluarga Peduli Pendidikan (KerLip) merupakan perkumpulan yang mendorong dan mengkampanyekan penerapan sekolah ramah anak. Bagaimana menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, nyaman dan menyenangkan sehingga bisa menjadi rumah kedua bagi anak. Sekolah tanpa bully dan hukuman, melainkan konsekuensi. Berdampingan dengan sekolah ramah anak ini, di rumah orang tua berperan untuk memberikan motivasi, menjadi pendamping yang mampu mengoptimalkan potensi anak.
Menghadiri acara seperti ini sungguh membuka wawasan betapa masih sangat sedikit ilmu yang saya ketahui tentang dunia parenting. Saya tuliskan di sini beberapa poin penting yang saya tangkap dari materi talkshow yang dibawakan Pak Amal dan Mba Dee, sebagai catatan pengingat bagi diri saya pribadi dan semoga saja bisa bermanfaat buat yang membaca artikel ini. Postingan Talkshow Pendidikan Orang Tua Hebat akan terbagi dalam dua bagian, Mendidik Anak Sesuai Jamannya dan Gadget Untuk Anak.
Didiklah anak sesuai zamannya karena dia hidup di zaman yang berbeda dengan zamanmu.
Kalimat ini mengawali materi yang disampaikan oleh Pak Amal Hasan. Ya betul sih, kebanyakan orang tua dan guru hidup di zaman old sedangkan anak-anak yang dididiknya hidup di zaman berbeda, zaman digital, istilah kerennya zaman now. Ada perbedaan cara pandang dalam menyikapi suatu permasalahan.
Era digital, anak-anak akrab dengan teknologi sejak kecil. Tentu berbeda dengan orang tua yang hidup di zaman serba manual. Saya masih ingat saat kecil dulu, mengambil air di sumur, cari kayu bakar di kebun dan bawa pulang, jalan kaki ke sekolah, mencuci baju di sungai dan lain-lain. Lah anak zaman sekarang jauhhhh lebih dimudahkan mau mandi tinggal putar keran dan air mengalir, mau cuci baju putar mesin cuci lalu mesin menyelesaikan semuanya. Mau ke mana-mana, pesan taksi online lewat hape. Malas masak bisa hanya perlu pencet-pencet hape saja. Sungguh jauh berbeda. Kemudahan demi kemudahan ini tentu mempengaruhi tumbuh kembang anak pun hubungannya dengan orang tua.
Teknologi itu mudah dan memudahkan, yang membuatnya terasa sulit karena dia mengubah kebiasaan. Nah mengubah kebiasaan ini yang biasanya butuh kerja keras, apalagi semakin tua biasanya orang semakin susah mengubah kebiasaan. Jadi bagaimana? Ya kita sebagai orang tua yang harus menyesuaikan diri mengikuti perkembangan zaman, mengupgrade diri dan mengupdate ilmu.
Parenting Journey
Mba Dee memaparkan bahwa peran menjadi orang tua adalah peran yang tak tersiapkan, ga ada sekolah formalnya. Padahal untuk menjadi praktisi ahli di bidang tertentu dibutuhkan sekolah hingga bertahun-tahun lamanya.
Betapa kita disiapkan menjadi seorang AHLI namun tak disiapkan menjadi ORANG TUA sehingga dari kita cenderung banyak yang tak memiliki KESABARAN dan ENDURANCE untuk menjadi orang tua (Nyi Mas Diane W. S.)
Kebanyakan yang diterapkan sekarang adalah grandparenting, ilmu parenting warisan dari orang tua masing-masing yang tidak semuanya cocok diterapkan di zaman sekarang. Ilmu yang kita miliki untuk mengasuh anak cenderung serba tanggung, menghasilkan produk anak yang juga tidak siap untuk menghadapi permasalahan zaman sekarang.
“Ilmu yang setengah-setengah berujung pada false belief (keyakinan yang salah). Akibatnya, orang tua tidak memiliki kemampuan berpikir,” demikian kata mba Dee. Karena merasa tidak mampu, akhirnya anak dititipkan ke pihak lain untuk dididik, untuk diarahkan.
Padahal orang tua adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, di mana ibu sebagai guru yang utama. Tapi jangan sampai peran ayah sebagai kepala sekolah terlupakan hehehhe dalam artian ayah tetap memegang peranan penting dalam setiap tumbuh kembang anaknya. Jangan lepas tangan dan menyerahkan semua kepada ibu apalagi pihak sekolah kelak. Bukankah dulu bikinnya bareng-bareng ya ngasuhnya juga bareng-bareng dong 😀
Children are the greatest gift that we will ever receive
Penting bagi setiap orang tua untuk mengerti cara dan pola pengasuhan, karena perkembangan anak sangatlah singkat. Secara garis besar, perkembangan seorang anak digolongkan ke dalam beberapa masa kehidupan. 5 tahun pertama kehidupannya, anak adalah milik orang tuanya. 5 tahun ke-dua, anak adalah milik guru di sekolahnya. 5 tahun ke-3, anak adalah milik temannya. 5 tahun ke-4, anak adalah milik dunianya. Sedangkan 5 tahun ke-5, anak adalah milik pasangannya.
Orang tua memiliki waktu yang amat singkat untuk membangun pondasi yang kuat sebagai bekal kehidupannya kelak. Karena itulah disebutkan bahwa 5 tahun pertama merupakan masa-masa krusial untuk meletakkan dasar karakter anak. Bukan berarti tahun-tahun setelahnya ga bisa mengarahkan karakter anak ya. Tetap bisa tapi dibutuhkan usaha yang lebih besar. Character building ini 80% pola asuh di rumah dan 20% dipengaruhi oleh lingkungannya. Jangan sampai terbalik 🙂
Jadi solusinya bagaimana?
Semua anak terlahir fitrah, orang tua dan lingkungannyalah yang kemudian membentuk dan mengarahkannya. Ada 3 peran penting orang tua yaitu dalam hal asah, asih dan asuh. ASAH adalah melakukan stimulasi (rangsangan dini) pada semua aspek perkembangan. ASIH adalah menciptakan rasa aman, nyaman, mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang kurang baik dan tindak kekerasan. Sedangkan ASUH adalah memenuhi kebutuhan nutrisi, imunisasi, kebersihan diri dan lingkungan, pengobatan, dan bermain.
Baca juga : Belajar, Bermain dan Bahagia Bersama si Kecil
Kerja sama ayah dan ibu dibutuhkan untuk mempersiapkan anak menghadapi tantangan zamannya. Komunikasi yang intens dan kasih sayang adalah kunci utama yang bisa mengendalikan hubungan harmonis dalam keluarga.
• Tanamkan konsep dasar ketuhanan dan keagamaan dimulai dari dalam rumah
• Wajib belajar sejarah kebangsaan
• Persiapkan anak di era digital
• Berikan rasa imun kepada anggota keluarga
• Bangun keselamatan dan keamanan dalam keluarga
• Sadar hukum
• Beri teladan atau contoh yang baik
Lakukan dengan konsen, penuh komitmen dan terus menerus. Waktu tidak bisa diulang kembali, setiap detik terus berjalan sedangkan batas usia tidak ada yang tau. Setiap anak adalah tanggungjawab orang tuanya. Menunjuk dan menyalahkan anak berarti mengarahkan lebih banyak jari kepada diri sendiri. Saat kau menunjuk orang lain, 1 jari tertuju ke arahnya, 3 jari balik tertuju ke arahmu. Jadi, siapa sebenarnya yang tidak becus?
PR terbesar orang tua adalah mendidik anak sesuai zamannya karena zamannya berbeda dengan kita. Yuk terus memantaskan diri menjadi orang tua hebat. Dimulai dari diri sendiri, dimulai dari sekarang!
Acara kayak gini nih yg kudu sering diadakan, supaya ortu zaman now tdk kehilangan arah dalam mendidik anak
Event parenting seperti ini semoga sering dilakukan agar semakin banyak orangtua melek parenting
setelah membaca, saya membayangkan betapa beratnya jadi orang tua sekarang yah.. thanks sudah berbagi hal ini kak.. mau ma juga jadi orang tua deh.
Bagus banget acara ini.
Emang gak ada sekolah untuk jadi ortu, tapi dengan ikut seminar, talkshow parenting kayak gini jadi menambah wawasan kita.
Acara yang mendidik, harus di perbnyk acara2 kyk giji jihh
Terima kasih bunda untuk sharingnya. Sangat mencerahkan untuk para orang tua.
Anyway, akhirnya saya baru tahu nama aslinya Eyang Vhazolle ternyata Amal Hasan hahaha
Menjadi orang tua memang ndak ada sekolahnya dan setiap hari tantangannya silih berganti. Makanya setiap hari harus terus belajar. Terima kasih sudah berbagi
Saya jg senang sekali sama event dan tulisan tentang parenting, kak. Tulisannya sangat berguna buat saya kelak menjadi calon suami dan ayah wkwkwkwk Mohon infonya kak kalau ada lagi event serupa hihihi
Basic paling kuat memang dari rumah ya.
Kalau buat Saya, tentang mendidik anak sesuai zamannya ini juga secara tidak langsung menunjukkan bahwa anak memang paling tepat diasuh oleh orang tuanya, bukan neneknya karena zaman kita dengan anak adalah yang paling dekat. Sedangkan kita saja bisa tertinggal dengan kemajuan pada zaman ini, apalagi nanti di zaman anak kita. Lalu bagaimana pula dengan neneknya? Jarak zamannya terlalu jauh. Tentunya nenek akan menjalankan pola yang dulu dijalannya kepada kita, plus lebih memanjakan. Biasanya nenek lebih memanjakan cucu ketimbang anaknya 🙂
Suka banget dengan artikel parenting, sekalipun belum waktunya, tapi jadi bekal belajarku
Gak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Hal yang begini mi yang buat saya tertarik belajar tentang parenting. Jadi nanti kalau sudah jadi orang tua tidak kagok atau memaksakan kehendak ku sebagai orang tua untuk dituruti anak-anak ku kelak. Bagi saya anak itu sebuah tanggung jawab dari dia dikandung hingga berkeluarga. Semoga saya bisa persiapkan semuanya, makanya mau belajar parenting dari sekarang
PR banget ini buat saya dan papanya Rani dalam hal mengasuh dan membimbing Rani. Anaknya moody-an sekali. Kubingung~ Kalau senang, berlebihan. Sedih dan marah pun gitu. Belum lagi kalau udah cemburuan sama adeknya. Beughhh..kelar deh~
Dan susahnya adalah seperti yang Kak Niar bilang di atas, kalau ada kakek nenek pola asuhnya jadi beda. Yups, anak bakal lebih sering dibela sama mereka. Nabrak sana sini deh pola asuhnya, ortu bilang apa…kakek nenek bilang apa.
Lagi lagi cara mengatasinya adalah dengan ortunya terus dan terus belajar. Mau gak mau, siapa lagi yang bisa mengerti si anak selain orangtuanya?
Noted to myself kak. Sebagai calon orang tua (kelak, entah kapan wkwk), apalagi calon ibu, harus benar-benar mengetahui teknik mendidik anak yang baik. Menolak tua tapi sam generasi 90an, dimana hal pada era tsb sudah transisi ke milenial. Dan sekarang sudah mau 2020 semua serba digital, jadi nda bisa mengajar dan menerapkan ajaran tahun 90an hihi. Eventho bukanka orang tua tapi rasanya ingin ikut juga event2 parenting.
Anak belajar satu langkah, orangtuanya harus belajar 3 langkah lebih maju. Perkembangan anak jaman sekarang suka ajaib, karena gampangnya akses terhadap informasi, bahkan sedari kecil. Kalau orangtuanya masih keukeuh pake pola asuh jadul ya wassalam. Hehe.
Saya toh kak lagi di tahap terlalu banyak teori baru dak berjalan ki sesuai yang ku pelajari stress ma hahaha… Tapi betul, kudu mendidik anak sesuai zamannya.
“Menjadi orang tua yang terbaik bagi anak memang tidak mudah. Anak-anak terus tumbuh dan berkembang, kewajiban kita sebagai orang tua untuk terus jadi pembelajar, menerapkan dan memantaskan diri menjadi orang tua hebat.” Setuju banget sama ini kak… XD