Siapa yang bisa mengingkari pernyataan bahwa air adalah bagian terpenting dari hidup manusia?
Untuk awalnya, mari berbagi fakta tentang air.
Fakta Tentang Air
Tidak usah disebutkan pun, tentu masing-masing sudah tau apa saja peruntukan air bagi hidup manusia. Semua aktivitas manusia membutuhkan air. Belum lagi fakta tentang kandungan air dalam tubuh yaitu sebesar 70% dari total volume tubuh manusia dan rekomendasi untuk meminum setidaknya 2 L air per hari. Oke, mungkin saja hampir semua orang sudah tau tentang fakta ini dan kemudian bertanya apa hubungannya dengan kelestarian air minum? Air gak akan habis, persediaan air di Bumi masih banyak.
Memang air memenuhi sebagian besar bumi ini, lebih dari tiga perempat permukaan bumi tertutupi oleh air dalam bentuk air laut, sungai, waduk, danau, telaga, dan lain-lain. Mendengar kalimat ini, pada umumnya kita akan berpikir, ah persediaan air masih buanyakkk kenapa mesti pusing memikirkan soal kelestarian air?
Menurut wikipedia, 97% air di bumi adalah air asin dan hanya 3% berupa air tawar. Nah, mulai termangu? Jadi tigaperempat luas bumi yang tertutupi oleh air dan hanya 3 % dari air tersebut yang merupakan air tawar. Air tawar ini bisa dikonsumsi?
Masih menurut Wikipedia, 3% air tawar ini, lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Sedangkan sisanya, kurang dari 1% dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara. Air tawar yang kurang dari 1% ini bisa dikonsumsi? tunggu dulu!
Air tawar yang kurang dari 1% inipun ternyata tidak semua bersih dan layak dikonsumsi, hanya 0,62% saja! Nah, ada berapa milyar manusia di Bumi? Sekian milyar manusia ini berebut air bersih dan layak konsumsi, yang jumlahnya hanya 0,62% saja dari total air yang menutupi tiga perempat permukaan bumi.
Got the point? 😀
Tentang Sulitnya Air Bersih
Tahun lalu di bulan Oktober, saya dan beberapa teman berkunjung ke Rammang-rammang di Kab. Maros, sekitar satu jam perjalanan dari Makassar. Rammang-rammang terkenal karena keindahan karstnya, yang merupakan gugusan karst terbesar kedua di dunia setelah South China Karst di Yunnan. Kami menginap di rumah Bapak Kepala Dusun Rammang-rammang.
Pagi harinya ketika akan jalan-jalan mengeksplore daerah sekitar, si Bapak menyuruh kami untuk mandi dulu. Sambil membayangkan sejuknya air pegunungan di kamar mandi si Bapak, saya bilang nanti aja sepulang jalan-jalan supaya gak kepanasan. Sama sekali tak ada dalam pikiran saya tentang sulitnya air di dusun tersebut.
Saat mengeksplore daerah sekitar itulah, saya melihat seorang bapak muncul dari balik tebing batu dan mallemba air dengan menggunakan sebatang tongkat dan dua ember besar. Saya mengikuti dengan mata, ternyata rumahnya cukup jauh.
Belakangan saya tau kalo satu-satunya sumber air bersih Dusun Rammang-rammang ketika musim kemarau adalah sebuah mata air yang disebut bubunglabba. Untuk mencapai mata air ini, warga dusun harus melewati lorong kecil di antara tebing batu dan kemudian memanjat dinding batu sambil membawa ember atau jerigen 20 L.
Bisa dibayangkan? Sementara kita yang tinggal di daerah perkotaan hanya perlu memutar kran dan air pun memenuhi ember atau bak-bak penampungan. Saya dan teman-teman langsung memutuskan tidak akan mandi di rumah Bapak Kepala Dusun, egp dengan badan yang keringatan sehabis jalan-jalan di bawah terik matahari.
Saya jadi kepikiran bagaimana jika mata air yang selama ini menjadi satu-satunya sumber air bersih mereka di bulan kemarau, mengalami kekeringan? Meskipun selama ini, mata air tersebut mampu memasok kebutuhan air bersih di dusun Rammang-rammang, tapi siapa yang bisa menjamin ke depannya bahwa mata air tersebut akan tetap mengeluarkan air? Jawabannya adalah generasi muda, kita!
Dusun Rammang-rammang, hanyalah satu contoh kecil tentang betapa sulitnya mendapatkan air bersih. Bagaimana dengan daerah lainnya, di Flores, Nusa Tenggara atau Papua misalnya. Kita sudah sangat sering mendengar dari radio, membaca koran atau menonton berita di televisi yang mengabarkan bahwa betapa air bersih itu sangat berharga. Dan apa sumbangsih kita? Hanya berucap: kasian ya mereka, semoga pemerintah cepat turun tangan.
Mulai Dari Diri Sendiri!
Saya terkesan sekali dengan beberapa komunitas yang bermunculan dan mengusung go green. Komunitas Berkebun misalnya, yang menghadirkan lahan hijau di perkotaan dan menebarkan semangat untuk peduli lingkungan. Komunitas ini kemudian beranakpinak di banyak kota dan semakin banyak yang bergabung. Gerakan Bombe’ Kantong Plastik dari Komunitas EH Makassar, yang mengajak untuk membatasi pemakaian kantong plastik dan mengurangi sampah plastik.
Tidak usahlah jauh-jauh membicarakan soal ketegangan politik antar negara yang memperebutkan sumber air bersih karena kelangkaan air. Tidak usahlah jauh-jauh dengan mempertanyakan keberadaan pemerintah ketika krisis air melanda suatu daerah.
Memang pemerintah mempunyai tugas besar semacam memperbanyak taman di daerah perkotaan, memperhatikan soal sampah dan drainase, mempelajari kembali soal ijin pendirian bangunan dan banyak hal lainnya. Di sisi lain, kita pun dapat berbuat. Mulailah dengan pertanyaan, apa yang bisa kita lakukan untuk memelihara kelestarian sumber air minum?
Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia dan populasi dunia terus meningkat yang mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan, terutama sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah bersama dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun darat. (wikipedia)
Jika ditelusuri, ada beberapa hal “kecil” yang jika dilakukan secara rutin maka dapat berdampak besar.
1. Jika ingin nge-print sesuatu, pertimbangkan kembali penting tidaknya. Kertas yang digunakan berasal dari pohon. Untuk setiap 15 rim kertas ukuran A4, ada 1 pohon yang ditebang. Lama-lama hutan akan habis.
2. Kurangi penggunaan kantong plastik. Jika berbelanja, bawalah tas belanja sendiri. Saya beberapa kali menolak diberi kantong plastik ketika berbelanja di toko, ada beberapa kasir toko yang berterima kasih tapi ada juga yang berkeras saya menerimanya.
3. Hemat air dan energi. Ini sudah jelas sekali manfaatnya dari segi biaya dan lingkungan. Matikan lampu, TV, dan alat elektronik lainnya, juga cabutlah charger gadget ketika sedang tidak digunakan. Matikan kran air jika ember atau bak sudah penuh.
4. Bersepeda atau jalan kaki, jika lokasi yang dituju memungkinkan. Sudah menghemat energi, biaya, sekaligus menyehatkan badan, eh menyelamatkan lingkungan pula.
5. Menanam pohon atau tanaman hijau lainnya di halaman rumah. Jangan buang ember/baskom pecah, pipa rusak, kemasan air mineral kosong dan lain-lain, manfaatkan untuk veltikultur. Menghemat sekaligus menghijaukan.
6. Jangan membuang sampah sembarangan!
6 Hal diatas jika dilakukan secara rutin oleh setiap orang maka seberapa besar pengrusakan lingkungan yang bisa ditekan? Lingkungan yang rusak akan berimbas pada ketersediaan air tanah dan juga mempengaruhi siklus air. Air bersih dan sehat hanya dapat diperoleh dari lingkungan yang bersih dan sehat. Maka mulailah dari sendiri dan mulai dari sekarang.
Tentang PureIt
Ya, postingan ini memang diikutkan untuk lomba blog “Kelestarian Sumber Air Minum”, kerjasama Unilever Pureit dan BLOGdetik. Nah ketika memutuskan untuk mengikuti lomba ini dan membaca artikel tentang pureit, saya merasa bahwa teknologi water purifier pemurni air ini merupakan salah satu solusi!
Bagaimana tidak, air yang dihasilkan Pureit dapat langsung diminum tanpa perlu dimasak. Hal ini sangat membantu untuk memanfaatkan secara efektif air tanah di perkotaan dan air sumur di pedesaan. Teknologi canggih ini menghilangkan virus, bakteri, dan parasit berbahaya dan kotoran di dalam air sehingga air yang dihasilkan menjadi jernih, tidak berbau dengan rasa yang alami.
Ada banyak sekali keuntungan yang diperoleh bila menggunakan pureit.
1. Sangat praktis. Tidak perlu menyediakan kompor, tabung gas, kayu bakar, panci atau galon dan dispenser. Hanya memasukkan air ke dalam alat dari bagian atas, Pureit akan memurnikan air untuk siap minum
2. Tidak perlu memasak air. Yang berarti tidak butuh listrik, gas, minyak tanah ataupun kayu bakar. Menghemat sekaligus satu langkah lagi menyelamatkan lingkungan.
3. Penghematan. Biaya per liter pemurnian air hanya Rp100, jauh di bawah harga air galon dari merek ternama (Rp526/liter), air isi ulang (Rp187/liter), dan air rebus (Rp107/liter).
4. Sehat dan Bersih. Air terlindungi dari kuman berbahaya penyebab penyakit dengan menggunakan standar terketat EPA (Environmental Protection Agency) USA yang menghilangkan log 6 bacteria, log 4 virus, dan log 3 parasites. Pureit juga mampu menghilangkan kontaminasi dalam air minum Anda yang tidak dapat dihilangkan dengan hanya memasak seperti merkuri, pestisida, karat besi dan sebagainya.
5. Terjamin. Tidak perlu khawatir kehabisan air minum, tidak perlu ragu dengan proses pengisian air di depot isi ulang, dan tidak perlu ragu dengan sumber air minum Anda.
6. Ada indikator yang menunjukkan lebih awal kapan perlu mengganti Germkill Kit (mekanisme penghentian otomatis).
7. Kapasitas hingga 9 liter di top chamber ditambah 9 liter di transparent chamber.
8. Garansi satu tahun.
Belum tertarik dengan keuntungan yang disebutkan diatas? Mau tau seberapa banyak yang bisa dihemat jika menggunakan pureit?
Contoh Penghematan Dengan Pureit
Pureit
GKK Rp 150 ribu = 1500 liter -> Rp 100/liter
Galon Bermerek
Rp 10 ribu = 19 liter -> Rp 526/liter (Hemat 5x lipat)
Galon Isi Ulang
Rp.3.500 = 19 liter -> Rp.184/liter (Hemat 2x lipat)
Rebus air
Gas 3 kg = Rp.12 ribu, 2 minggu, 112 liter -> Rp.107/liter (Hemat waktu dan praktis)
Jika 1 minggu memakai 2 galon (38 liter), penghematan 1 thn dengan memakai Pureit:
Galon Bermerek = 2 galon X 10.000 X 52 mgg (38 liter X 52 mgg X Rp 100) = (1.040.000 197.600) = Rp 843.000
Galon Isi Ulang = 2 galon X 3.500 X 52 mgg (38 liter X 52 mgg X Rp 100) = (364.000 197.600) = Rp 166.400
Rebus = 52/2 X 12.000 (112 liter X 26 mgg X Rp 100) = (312.000 291.200) = Rp 20.800
Dengan teknologi secanggih ini, Pureit layak dipilih sebagai salah satu alternatif untuk menghasilkan air minum tanpa menggunakan gas dan listrik. Selain praktis dan higienis, Pureit juga ekonomis. Apalagi yang dicari?
Jadi, lestarikan sumber air minum dengan memulai dari diri sendiri melakukan hal-hal kecil berdampak besar, dimulai dari sekarang gak usah nunggu sampe ngerasain kekurangan air bersih baru mulai bergerak dan lengkapi dengan pemakaian pureit, inovasi terbaru Unilever, yang praktis, higienis dan ekonomis. Dengan menjaga dan menyelamatkan kelestarian sumber air minum, secara tidak langsung kita juga menyelamatkan diri sendiri dan kelangsungan generasi berikutnya. Yuk, mari mulai!
Sumber:
http://lombablogpureit.blogdetik.com/tentang-pureit/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_air
http://www.youtube.com/
Ass. Nanie…minta no hpnya dong! just for share.