Sejak 1996 hingga 2016 yang berarti sudah 20 tahun saya tinggal di Makassar, selama itu saya tak pernah kepikiran untuk ikutan dalam keramaian malam tahun baru di Makassar yang biasanya berpusat di Pantai Losari, terlalu macet, ramai dan penuh sesak. Kalau gak di rumah atau di kampung ya di rumah Unga, Rara atau iQko, makan-makan bersama teman-teman AM.
Entah kenapa, beberapa hari sebelum malam tahun baru tiba-tiba saya melontarkan ajakan ke Anbhar, “malam tahun baru nonton kembang api di Losari yuk Ayah, nginap di rumah Ibunya Agung abis itu jalan kaki ke Losari”. Dan anehnya Anbhar setuju, padahal biasanya juga paling malas klo macet dan rame xD
Hujan deras sejak Sabtu pagi tidak menyurutkan keinginan kami untuk menuju Makassar. Pukul 3 sore hujan mendadak reda, jadi kita siap-siap meninggalkan rumah di Maros menuju jalan Rajawali Makassar. Jalanan yang kami prediksi akan macet menjelang malam pergantian tahun ternyata lumayan lancar, mungkin pada malas keluar kali ya karena cuaca memang bikin mager, enaknya meringkuk di balik selimut sambil pelukan #eh :)) Kami tiba di Asrama Zidam dengan aman sentosa tanpa macet tanpa basah, alhamdulillah.
Selepas maghrib, hujan kembali turun dengan deras hingga pukul 10 malam. The krucils anak-anak Ibunya Agung sudah sejak tadi menghilang. Jam 11 malam akhirnya saya keluar ke gerbang Zidam dan terpesona. Suasana ruameee pake banget, orang-orang berjalan kaki dengan semangat di antara kendaraan bermotor yang bergerak pelan. Anak dan remaja meneriakkan kalimat, “parkir parkir, nda boleh motor sampe pantai”. Sepanjang jalan Penghibur, Somba Opu dan Pasar Ikan memang ditutup untuk kendaraan karena menjadi pusat keramaian malam tahun baru.
Saya lalu menelpon Anbhar yang saat saya tinggal di asrama sedang asik nonton Spiderman 2. “Ayahhh, rame sekaliii, ayok siniiii, jalanki ke Macora Kitchen”, ajakku dengan semangat sambil sedikit memaksa. Sambil menunggu Anbhar dan babyjo, saya nonton tingkah anak muda yang sibuk mengatur parkir sambil berteriak, parkir sini kii, aman karna asrama tentara. Pintu gerbang Zidam terbuka lebar, halamannya perlahan mulai dipenuhi motor yang parkir, pun demikian dengan halaman rumah-rumah perwira di sepanjang jalan Rajawali.
Ketika akhirnya babyjo dan ayahnya sampai ke gerbang, kami pun menggabungkan diri dalam keramaian orang-orang yang berjalan kaki bergerak menuju pantai Losari. Sempat mampir sebentar di Macora Kitchen, tadinya mau nongkrong di sini saja sambil nonton kembang api tapi ternyata cafenya tutup. Ain lagi sibuk foto-foto dan Vby sedang kerja laporan tahunan *pukpuk. Iseng-iseng mengajak mereka untuk ke pantai, eh ternyata pada mau. Jadilah kami berombongan kembali bergerak ke arah Pantai Losari.
Tak sanggup menembus kerumunan yang begitu padat, langkah kaki kami terhenti di depan rujab walikota. 15 menit menjelang detik-detik pergantian tahun, kembang api dan petasan mulai berdentum tanpa henti terdengar memekakkan telinga. Ya Allah ternyata tak seindah harapan hahahhaha saya terkaget-kaget, pun demikian dengan babyjo yang memeluk ayahnya dengan erat. Beberapa kali saya harus mengalihkan perhatiannya dengan mengajaknya ngobrol sambil menunjukkan sesuatu yang kira-kira menarik minatnya.
Banyak sekali orang, mulai dari anak-anak, anak muda hingga orang tua. Banyak penjual makanan, odong-odong, dan aksesoris, yang paling laris sepertinya aksesoris bando yang kelap kelip. Cahaya di mana-mana, asap di mana-mana, suara dentuman di mana-mana, kiri kanan depan dan belakang. Udara seakan berubah warna.
Mungkin seperti ini di Aleppo sana, atau di negara lain yang sedang dalam suasana perang. Atau mungkin ini gambaran kecil saja. Di sini, semua bersorak, tertawa dan bahagia. Di sana mereka menghadapinya dengan ketakutan, dengan air mata, dengan suara lirih yang melafalkan doa-doa sambil berpelukan erat dengan anggota keluarga yang tersisa.
Pukul 00.05 wita, si anak kecil minta pulang jadi saya, babyjo dan ayahnya meninggalkan keramaian pantai Losari, meninggalkan Vby, Ain dan keluarganya yang masih foto-foto. Mesti bergerak pelan di antara kerumunan, di satu titik malah kami gak bisa bergerak sama sekali. Anbhar yang melihat celah di antara motor yang sedang parkir akhirnya mengajak untuk lewat situ saja, mengikuti jejak beberapa orang. Setengah jam lebih kemudian kami akhirnya tiba kembali di asrama. Sungguh pengalaman malam pergantian tahun yang tidak akan terlupakan 😀
PS. Terima kasih ya Vby untuk foto-foto kerennya :*
Haloo mba Nanie,
Kebetulan kemaren saya juga menghabiskan malam tahun baru di Makassar, meski cuma di depan hotel sih. Ternyata pas taun baruan lumayan tertib ya, gak banyak konvoi. Sayangnya hujan sedari sore.
Haloooo Mba, iyya nih karena hujan sedari sore jadinya kurang ramai kata tanteku. Libur tahun baru yak di Makassar, kemana saja? Btw, salam kenal 🙂
Kembang apinya jelas dan dekat sekali ya mba, kereeen.
Iyya keren, tapi saking terasa dekat saya jadi terkaget-kaget :))
selamat tahun baru 2017 mbak…
Selamat tahun baru 2017 mba 🙂
Tiap liat kembang api suasana hati jadi gembira ya..Bentuk kembang api yang luar biasa indahnya menjadi pemandangan yang indah ya mbak 🙂
Iyya keren banget, ada yang sampe katak air mancur gitu, keren dah pokoknya
seru ya,a da yang pro kontra sih pakai kembang api tapi aku suka sekali, lihat langit jadi penuh warna
Wah ternyata ngga cuma di Jakarta aja ya mbak Nanie bertaburan kembang api pas Tahun baru , masih belum terlambat kan untuk bilang Selamat tahun baru 2017.. makin sukses ya dan salam kenal
fotonya terkesan romantis… dibawah kembang api nan bombastis… *apaan… he2
selamatvtahun baru 2017 ya…
fotonya terkesan romantis… dibawah kembang api nan bombastis… *apaan… he2
selamatvtahun baru 2017 ya…