Apa yang terlintas di pikiran ketika mendengar kata Makassar? Jika pertanyaan ini diajukan, maka jawaban yang diperoleh akan beragam.
Sebagai orang yang tinggal di Makassar, tentu saja saya akan menjawab “Makassar, kota yang indah. Mau liat gunung, dekattt. Mau liat laut, apalagi! Kulinernya maknyusss, seafoodnya segar! Wisata sejarah, budaya dan bahari, semua bisaaa. Orang-orangnya ramah dan welkam”. Tapi tentu berbeda, jika pertanyaan ini diajukan ke orang-orang yang tinggal di luar Makassar, yang hanya melihat kondisi kota Makassar dari kotak kaca. “Makassar? Yang sering rusuh itu ya? Rada-rada ngeri juga sih kalo mo ke Makassar”.
Di sini, saya tidak akan membahas apa yang menyebabkan terbentuknya opini bahwa “Makassar rusuh, Makassar kasar, Makassar tidak aman” dan lain sebagainya. Saya hanya ingin menulis bahwa banyak hal lain yang bisa diangkat dari Makassar. Banyak sisi lain yang bisa diperkenalkan dari Makassar. Contohnya komunitas-komunitas yang aktif berkegiatan di Makassar. Ada banyak komunitas di Makassar. Komunitas yang gaungnya jarang bahkan hampir tak terdengar di media padahal kegiatannya bernilai positif dan amat sangat jauh dari kata kekerasan dan rusuh.
Ada komunitas Blogger Makassar – Angingmammiri dan Bloofers Makassar, dua komunitas blogger yang ada di kota Makassar. Komunitas ini aktif mengabarkan Makassar dari sudut pandang warga kota. Event yang sedang berlangsung, seni dan budaya, wisata kota Makassar, kuliner Makassar ataupun sisi kehidupan warga Makassar tempat blogger tersebut tinggal.
Komunitas Pecinta Anak Jalanan – KPAJ, Balla Pappilajarang Sokola (Sokola Makassar), Sikola Mangkasara dan Makassar Coin a Chance adalah komunitas-komunitas yang aktif mengedukasi dan membantu anak-anak jalanan ataupun anak kurang mampu. MCAC agak berbeda dengan 3 komunitas lainnya. Jika KPAJ, Sikola Mangkasa dan Rumah Sokola bergelut langsung dengan anak-anak jalanan atau anak kurang mampu dengan jalan mengadakan kelas-kelas rutin, MCAC lebih kepada kegiatan mengumpulkan koin untuk anak-anak yang terancam atau putus sekolah karena keterbatasan biaya agar tetap dapat terus kembali bersekolah.
Kemudian ada Komunitas Makassar Backpackerdan Jalan Sahabat yang aktif mengeksplore tempat-tempat wisata Makassar dan sekitarnya. Mengajak sebanyak mungkin teman dan sahabat untuk mengabarkan keindahan alam dan menariknya budaya Makassar pada khususnya dan Sulawesi Selatan pada umumnya.
Komunitas Makassar Berkebun adalah sebuah komunitas yang baru terbentuk, merupakan bagian dari Indonesia Berkebun. Pilot projectnya adalah menciptakan lahan hijau di tengah kota Makassar yang juga akan memberikan manfaat bagi komunitas dan masyarakat sekitar.
Perkumpulan Fotografer Makassar – Performa, Makassar Analog Visual Community – Manual dan Celebes+ Photoclub adalah komunitas para penggemar Fotografi makassar berkumpul.
Ada komunitas Ininnawa yang menaungi banyak komunitas yaitu kafe baca Biblioholic, Penerbitan buku Ininnawa, Kampung Buku, Sekolah Rakyat Payo-Payo, Rumah KAum MUda (KAMU). Kemudian ada Rumata’, rumah budaya yang digagas oleh sutradara film Riri Riza dan penulis Lily Yulianti Farid, tempat pameran dan pertunjukan seni serta kegiatan budaya di kota Makassar dengan fokus kegiatan pada sastra, seni pertunjukan, film, fotografi, seni rupa, media baru dan diskusi kebudayaan.
Makassar Craft Event, berbagi ilmu merajut dan menyulam secara gratis. Komunitas Android Makassar, ID-Blackberry Makassar dan Komunitas Iphoners, aktif berbagi di bidang gadget. Dan banyak lagi komunitas-komunitas lainnya.
Kelebihan energi? Silahkan pelajari masing-masing komunitas dan segeralah bergabung. Kabarkan kepada dunia, bahwa banyak komunitas di Makassar yang terus bergerak memberikan energi positif untuk kota Makassar tercinta. Kabarkan kepada dunia, bahwa Makassar Tidak Kasar!
wow kk wow™
Banyak komunitas, banyak kegiatan. Makassar makin menyebarkan energi positif. Bangga!!!
Selalu bangga dengan Makassar dan orang-orang kreatif di sana 🙂
Hore ada fotoku
hadianya di bagi sama yg punya foto nanti nah huakakakak
Terima kasih semuanya sudah berkunjung. Mari terus mengabarkan kegiatan positif dari Makassar 🙂
Kalau Makassar terkesan kasar, manalah mungkin saya jauh terbang menunutut ilmu di kota Anging Mamiri ini.
@ Pak Yayan: iyya Pak, banyak yg mendapat kesan seperti itu karena menonton dari layar kaca 🙂