Ragam Kisah dari Kampung Berseri Astra Makassar – Bagi ibu rumah tangga seperti saya, pastinya familiar dengan yang namanya memasak dengan minyak goreng. Apalagi kalau anak dan suami merupakan penggemar makanan yang digoreng. Mulai dari telur, tahu tempe, ayam, ikan, bahkan sayuran pun seringkali diolah dengan cara digoreng.
Siapa coba yang bisa menolak godaan tahu tempe penyet, ikan goreng, dengan sambel yang menggoda plus lalapan sayuran? Nasi sepiring bahkan tak cukup hahahha. Atau pisang goreng manis kriuk renyah yang dinikmati bersama secangkir teh panas di sore hari yang cerah? Tahu bulat digoreng dadakan yang sempat viral itu? Jalangkote panas dengan lombok asam manisnya? Ubi goreng merekah renyah, donat empuk menul-menul, pisang nugget, dan beragam varian lainnya. Banyaklah kalau mau disebutkan satu per satu.
Ini menunjukkan kalau memang menu masakan yang biasa kita santap sehari-hari biasanya ga lepas dari penggunaan minyak goreng. Selain cenderung lebih praktis, rasanya juga enak dan biasanya digemari semua anggota keluarga. Masalah perut lapar terselesaikan dengan cepat, hati emak senang dan bisa leyeh-leyeh sambil scrolling media sosial x)) Nanti ada yang pengen lagi ya sisa goreng lagi, gitu aja kok repot. Akhirnya berhari-hari kemudian masih pake minyak goreng yang itu saja, lupa diganti. Ataupun kalau ingat, ya biasanya kasi alasan ke diri sendiri, ah masih nampak jernih ini minyaknya, ah masih bisa dipake supaya lebih hemat, ah belum berubah warna, ah sudah biasa nda papa dan lain-lain.
Padahal ya, apapun alasannya, memakai minyak goreng berulangkali sangat tidak dianjurkan. Minyak goreng bekas yang digunakan berulangkali sudah termasuk ke dalam kategori minyak jelantah yang memiliki dampak bagi kesehatan tubuh. Semakin sering digunakan, akan merusak struktur kimia minyak dan melepaskan radikal bebas yang mengganggu fungsi sel sehat dalam tubuh sehingga memicu berbagai penyakit degeneratif. Jadi bagaimana dong? Idealnya, menurut Health Promotion Board, minyak goreng yang sama bisa digunakan maksimal dua kali saja, setelah itu jika akan menggoreng lagi pakailah minyak goreng yang baru. Minyak goreng bekas alias jelantah yang tak terpakai lagi ya dibuang saja. Beres, keluarga tetap sehat, perut lapar terpenuhi, rumah bersih, tapi lingkungan rusak xD
Menurut penelitian, minyak jelantah yang dibuang akan memgikat partikel padat dalam saluran pembuangan hingga membentuk sedimen. Penumpukan sedimen ini lama kelamaan akan menyumbat aliran pembuangan sekaligus berpotensi merusak air permukaan, mematikan organisme baik dalam air dan dapat memicu banjir. Wow dampak yang tidak main-main ya, padahal hanya membuang secangkir minyak jelantah saja. Baiklah kalau begitu, mari simpan di botol sampai penuh lalu buang di tempat sampah. Eits, ternyata ini juga bukan solusi. Minyak jelantah ini bisa saja dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggungjawab. Misalnya nih, dipakai kembali untuk usahanya atau didaurulang dan dijernihkan dengan bahan kimia tertentu lalu dijual kembali sebagai minyak goreng curah.
Ya trus bagaimana? Serba salah jadinya.
Perlu penanganañ yang tepat agar limbah minyak jelantah ini memiliki manfaat lain dan tidak berdampak bagi kesehatan maupun lingkungan. Nah salah satu solusi baik yang ditawarkan saya temukan saat mengikuti sebuah kegiatan bertajuk Roadshow Kampung Berseri Astra Makassar yang berlokasi di Rappocini. Kelurahan Rappocini terpilih untuk dikembangkan menjadi Kampung Berseri Astra (KBA) yang merupakan perwujudan salah satu dari beberapa program CSR Astra di bidang kesehatan. Saya pernah menuliskan tentang ini, silakan dibaca ya Menggali Inspirasi Hingga ke Lorong Kota Makassar. Pembinaan yang dilakukan PT Astra mencakup 4 lingkup atau Pilar utama yaitu bidang kesehatan, pendidikan, kewirausahaan, dan lingkungan.
Saat berkeliling bersama teman-teman blogger, jurnalis dan peserta lainnya di lorong 3 sampai 5 Rappocini yang popular dengan nama KBA Burasa (Budaya Rappocini Sehat dan Aman) ini, saya melihat bahwa masyarakat banyak diberikan edukasi tidak hanya di sektor kesehatan dan lingkungan saja melainkan juga sektor ekonomi termasuk bagaimana meningkatkan taraf hidup. Program yang terbaru sejak September 2018 adalah KBA Burasa bersama Astra Group dan pihak ketiga dalam hal ini GenOil selaku pengelola minyak jelantah, menggerakkan para ibu-ibu agar tidak membuang minyak goreng bekas atau minyak jelantahnya begitu saja. Nah inilah solusi baik yang saya sebutkan di atas tadi.
Program ini dikelola langsung oleh Bank Minyak Jelantah dimana mereka mengumpulkan minyak jelantah ke rumah warga menggunakan jerigen yang dibagikan. Warga akan mengisi jerigen tersebut hingga penuh lalu menyetorkan limbah rumah tangga tersebut. Hasilnya akan dicatat dalam sebuah buku tabungan, jika sudah mencapai jumlah tertentu dapat ditukarkan dengan minyak goreng yang baru sehingga menjadi perputaran antara minyak jelantah dan minyak baru secara berulang. Iya, jadi proses penukarannya bukanlah berupa uang Saat ini, sudah terdaftar sekitar 70an nasabah di Bank Minyak Jelantah. Selain itu, warga juga secara tidak langsung akan diedukasi mengenai bahaya pemakaian minyak goreng bekas berulangkali.
Lalu ke mana berjerigen-jerigen minyak jelantah yang sudah terkumpul ini? Nantinya pihak GenOil akan datang membeli dan menjemput setiap bulannya. Minyak jelantah akan diubah menjadi produk ramah lingkungan berupa bbm jenis biodiesel yang digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin bermotor diesel seperti kapal nelayan, truk, mesin industri dan lain-lain.
Masyarakat senang, lingkungan bersih, kesehatan terjaga. Alhamdulillah ya.
Jadi intro panjang lebar soal ibu rumah tangga, menu gorengan sampai minyak jelantah ternyata hanya untuk memperkenalkan Bank Minyak Jelantah di KBA Burasa? Ya nda juga sih, salah satunya itu. Masih banyak kisah baik lainnya yang bisa digali dari hasil jalan-jalan berkeliling di Rappocini lorong 3 dan 5.
Oya, saya juga pernah menuliskan tentang Bank Sampah Agangta‘, yang merupakan salah satu binaan dari Astra. Sayangnya pas berkeliling kemarin itu, rombongan ga diajak mampir ke bank sampah tersebut.
Berkeliling KBA Burasa’
Jumat, 27 September 2019, bersama dengan teman-teman Blogger Makassar, wartawan dan peserta lainnya, kami meninggalkan pelataran Hotel Aryaduta dengan tujuan Rappocini. Agendanya adalah berkeliling Kampung Berseri Astra Makassar memperkenalkan ada insiatif baik apa saja yang ada di sana. Rappocini bukanlah wilayah yang benar-benar asing bagi saya. Beberapa kali main ke rumah teman blogger yang memang berlokasi di sana, tapi ya sekadar melintasi saja tak pernah benar-benar mengeksplorasi wilayah tersebut.
Rombongan tiba disambut dengan dengan atraksi angngaru (pengucapan ikrar, dalam tradisi Makassar) dan tarian paddupa (tari penyambutan) tepat di depan gerbang berspanduk ucapan selamat datang. Di sinilah lorong 3, pintu masuk menuju KBA Burasa’. Selain itu, bisa diakses juga melalui lorong 5.
Saat penyambutan peserta berlangsung, ternyata turut hadir juga beberapa staf Astra, Humas Kota Makassar, Sekretaris Camat Rappocini, dan Lurah Rappocini. Selepas prosesi tersebut, dengan dipandu oleh Pak Wani dari pihak Astra, kamipun mulai melangkahkan kaki menelusuri Kampung Berseri Astra Makassar ini.
PAUD Babul Jannah
PAUD Babul Jannah adalah lokasi pertama yang kami datangi sebagai pilar Pendidikan dari KBA. PAUD ini didirikan pada tahun 2010 oleh almarhumah Ibu Najmiah dan almarhum Bapak Haryadi Tuwo, dan kini dikelola oleh anaknya, Ibu Raoda. Saat kami masuk, anak-anak sedang mewarnai dengan malu-malu. Mungkin kaget melihat Ada rombongan tiba-tiba masuk ke dalamn sekolah mereka hehehhe. Menurut Ibu Raoda, bantuan dari pihak Astra dalam pengembangan sekolah ini adalah pengadaan beberapa peralatan dan pengecatan dinding sekolah.
Hadirnya PAUD Babul Jannah tentu sangat membantu sekali bagi warga sekitar lorong 3 Rappocini. Tak perlu jauh lagi untuk menyekolahkan anak dengan biaya yang biasanya mencekik kantong. Belasan piala yang berjejer di atas lemari menjadi penanda bahwa PAUD ini bukanlah kaleng-kaleng, melainkan telah beberapa Kali meraih juara dan perhargaan.
Sanggar Seni Rappocini
Selain PAUD Babul Jannah, ada Sanggar Seni Rappocini yang juga berada di bawah naungan Pilar pendidikan KBA. Dengan asuhan dari Ibu Sernawati, sanggar seni yang berdiri di tahun 2013 ini berkembang dengan cukup baik. Tari tradisional Bugis, Makassar, Mandar, Toraja, tarian 4 Etnis, dan musik adalah ragam aktivitas yang mereka pelajari dan tampilkan. Jadi kalau butuh penampil untuk sebuah kegiatan, bisa mengundang dan menghubungi mereka dengan datang langsung ke Sanggar Seni Rappocini.
Perpustakaan Lorong Dan Posyandu
Sebenarnya bukan hanya perpustakaan Lorong dan Posyandu saja tetapi juga ada Bank Minyak Jelantah di sini. Karena tentang bank minyak jelantah ini sudah Saya ulas di awal tulisan, jadi di bagian ini cukup perpustakaan Lorong Dan Posyandu saja ya.
Jadi, di depan rumah pas samping jalan masuk ke Posyandu Dan Bank Minyak Jelantah, kita akan menemukan sebuah lemari kecil berisikan buku-buku. Inilah Perpustakaan Lorong tersebut. nak-anak atau siapapun bisa meminjam buku secara gratis dan membacanya di tempat. Kadangkala mereka membaca buku juga di seberang jalan yang merupakan sebuah kawasan kuburan tua Tuang Karaeng, areanya lumayan luas dan sejuk karena dinaungi oleh pepohonan rindang. Kadangkala anak-anak juga berkumpul dan bermain sepulang sekolah di kawasan ini.
Seperti Posyandu pada umumnya, Posyandu yang berada di KBA Burasa’ juga aktif memeriksa kesehatan ibu hamil, bayi, dan balita. Para kader Posyandu yang hadir di saat kami berkunjung menjelaskan tentang kegiatan posyandu yang dilakukan, memperkenalkan Bank Minyak Jelantah sekaligus menyambut kami dengan ramah. Di sinilah Pilar Lingkungan dan Kesehatan dari KBA Rappocini berada.
Usaha Kerajinan Rotan
Perjalanan kami menelusuri KBA Burasa’ berakhir di UKM Rotan milik Pak Alex. Beragam Kerajinan tangan dari anyaman Rotan dihasilkan di sini, mulai dari kursi, meja, keranjang parcel, vas bunga dan lain-lain. Jika ingin ukuran tertentu alias custom design bisa didiskusikan dengan Pak alex. Harga yang ditawarkan lebih murah dibanding harga pasaran, tentu saja karena langsung ke pengrajinnya kan. Saat pesanan membludak dan tidak sanggup ditangani, biasanya pak Alex meminta bantuan dari anak muda lorong tersebut.
Usaha Kerajinan Rotan Pak Alex yang dibina Astra sejak 2017 dengan mendapatkan babtuan dalam hal pemodalan dan renovasi. Di sinilah pilar Kewirausahaan KBA Burasa’, salah satu dari 4 Pilar utama kampung binaan Astra.
Syukur Alhamdulillah, dengan adanya program keren antara warga Rappocini yang didukung penuh oleh Astra melalui KBA Burasa’, perlahan image Rappocini yang tadinya sangar dan menakutkan perlahan berubah menjadi kawasan yang terkenal bersih, sehat dan produktif di Makassar, bahkan menjadi salah satu kawasan yang sering menjadi percontohan di Makassar.
#LFAAPA2019MAKASSAR #KitaSATUIndonesia #IndonesiaBicaraBaik.
Sebagai warga Rappocini, saya berharap Bank Minyan Jelantah lebih banyak diakses masyarakat karena belum ada sebagian warga dari 2 RW di dua lorong yang jadi anggota.
Alhamdulillah memang Sudan lebih baik saat ini.
Aku suka bgt nih sekeluarga pake minyal jalantah buat pijet. Bener2 bagus bgt ya mba tujuannya mba.
Mba, ini unik bangetttt storynya. Saya baru tahu minyak jelantah bisa ditampung dan didaur ulang menjadi biodiesel. Kalo di rumah, saya ya biasa buang saja gitu, kalo gak ke saluran pembuangan, ya buat pengganti oli untuk roda pagar rumah yg modelnya dorong. Hohoho.
Kayaknya baru Rappocini yaaa yang punya bank minyak jelantah. Apakah kampung serupa juga ada di daerah lainnya di Indonesia? Bisa jadi proyek percontohan ini.
Kreatif sekali bank minyak jelantah ya Mba Nani. Jadi minyak jelantah gak hanya jadi sampah yang dibuang melalui saluran air.. tapi lebih bermanfaat
Wow.. ini keren sekali, Mbak Nanie. Jadi dari limbah minyak jelantah, malah dimanfaatkan jadi bahan bakar baru. Tentu ini dapat tanbaha penghasilan dan jadi ikut melestarikan lingkungan.
Boleh nih, diterapkan di seluruh Indonesia.
Aduh, aku seketika tersentil nih. Sudahlah sering memasak yang goreng-goreng, eh suka pelit pula pakai minyak goreng berkali-kali. Alasannya ya itu, kan masih jernih. Jadi besok-besok maksimal dua kali pakai aja berarti, ya. Nah, berhubung di tempatku nggak ada Bank Minyak Jelantah, gimana dong memperlakukan jelantah-jelantah rumah tangga ini? Gimana kalau Astra hadir juga di lingkungan tempat tinggalku, hihihi …
wow kampung yang kreatif dan produktif semoga penduduk disana selalu semangat berkarya
Jakarta mendung, baca ini jadi bayangin jalangkote panas dengan lombok asam manis kwkwkw. Salut untuk KBA Burasa dengan ban minyak jelantahnya. Juga untuk Astra. Semoga ide ini bisa diadopsi kampung lainnya. Keren banget!
Na dapatnya istilahnya di’.. ‘Burasa’ .. sa kira tadi burasa dalam arti sesungguhnya..wkwk.. btw saya dulu termasuk yang sering pakai minyak gorerg berulang-ulang, Alhamdulillah setelah tahu bahayanya mulai ma berkurang menggoreng.. lebih sering pesan online *eh
Rappocini itu nama desa atau kampung/distrik, gitu, ya? Unik namanya. Semoga harapan menjadi kampung BURASA segera terwujud. Perlu kerja sama dengan semua masyarakat Rappocini agar berhasil, dan dana CSR itu ampuh untuk menngerakkan semangat warga.
Astra… ke Jepara juga, dong!
Sebagai seseorang yang lumayan rajin setor sampah ke Bank Sampah saya enggak heran dengan ini. Soalnya di Bank Sampah mereka juga menerima minyak jelantah. Tapi temen-temen yang aku kasih tahu tentang kabar ini malah skeptis, mereka khawatir minyaknya bakal dipakai lagi, huhu
Solutif banget ya bank minyak jelantah itu. Jadi gak perlu pusing mau buang minyak jelantah kemana karena bisa ditabung untuk kemudian disalurkan ke yang lebih mumpuni dalam mengolahnya. Ini benar-benar bdiberdayakan banget ya masyarakatnya sehingga potensinya dapat tersalurkan dengan baik. Hasilnya, lingkungan pun terjaga dengan harmoni
Ini sih sangat mengedukasi banget, jadi mengajak masyarakat untuk lebih sehat dan juga ramah lingkungan, yang tadinya limbah minyak jelantah, bisa dimanfaatkan kembali.
Lho, aku baru tau kalau minyak jelantah bisa disetorkan. Rasanya di sekitar rumah belum ada. Bakal membantu banget tuh buat lingkungan.
Dekatnya dari rumah di Faisal ini, dekat kalau naik bentor maksudnya. Wkkwk. Harusnya Faisal contoh ini KBA, biar lebih bersih juga lingkungannya. Karena ampummaaa banjirnya itu sekarang di Faisal, hujan deras sedikit tergenang eh banjirmi.