Pagi baru saja merekah di Kanreapia, udara dingin serasa menusuk hingga ke tulang. Bagi sebagian orang, cuaca seperti ini sangat mendukung sekali untuk terus bergelung di balik selimut yang menghantarkan kehangatan. Tetapi ini tidak berlaku bagi warga Kanreapia. Udara dingin bukanlah penghalang untuk segera beraktivitas.
Sejak pagi buta mereka telah bersiap ke ladang untuk panen berbagai jenis sayuran. Sepanjang jalan desa juga terlihat kesibukan memuat sayuran segar hasil panen ke dalam truk untuk segera didistribusikan ke daerah-daerah lain.
Kampung Sayur Kanreapia
Desa Kanreapia yang berlokasi di kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan merupakan salah satu desa penghasil beragam macam sayur mayur yang cukup populer belakangan ini. Jarak desa Kanreapia adalah 94 km dari kota Makassar dengan waktu tempuh sekitar 4 jam menggunakan kendaraan beroda empat.
Kalau pas melintas menuju kawasan wisata Malino, akan nampak menara menjulang di halaman kantor TVRI di Kanreapia. Nah, jalan di depan kantor pengawas menara TVRI inilah rute menuju Kampung Sayur.
Kanreapia yang berada di ketinggian 1800 dpl ini memiliki tiga komoditas sayur unggulan, yakni kol atau kubis, daun bawang, dan kentang. Tiga sayur dari desa itu dikenal berkualitas bagus dan laris di pasaran. Selain itu, jenis sayuran lainnya berupa sawi, tomat, wortel, seledri, labu siam dan beberapa sayuran lainnya.
Setiap harinya puluhan ton sayuran segar yang baru dipanen siap dipasarkan ke berbagai daerah. Hasil panen sayuran Kanreapia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal di kota Makassar melainkan juga didistribusikan langsung ke pulau Kalimantan, Maluku dan Papua melalui pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar dan pelabuhan transit Parepare.
Perjalanan desa Kanreapia bertransformasi menjadi Kampung sayur yang populer dan ramai dikunjungi baik untuk liburan maupun studi banding, tidaklah mudah.
Bertahun lalu, warga Kanreapia akan “kabur” saat ada orang asing yang berkunjung ke pertanian desanya. Pelan-pelan mereka akan mundur meninggalkan orang tersebut.
Bukan karena takut ya tapi para petani malu karena tidak lancar berbahasa Indonesia, demikian tutur Jamaluddin dg Abu, dikutip dari website Tempo, padahal orang yang berkunjung itu hanya ingin bertanya seputar pertanian di Desa Kanreapia.
Jamaludding dg Abu adalah pendiri Rumah Koran di Kanreapia yang dibangun pada tahun 2011. Jamaluddin berkisah bahwa dari pengalaman pernah pernah putus sekolah menjadi inspirasi baginya mendirikan Rumah Koran. Dibarengi dengan rasa pedulinya melihat masih banyak anak-anak dan petani di daerahnya yang buta huruf, terhitung masih ada 1.000 lebih masyarakat tidak tamat SD dan buta huruf 252 orang pada saat itu.
Mindset bahwa sekolah hanya untuk menghasilkan uang masih tertanam dengan kuat di masyarakat, ya kalau sudah bisa cari cuan sejak dini ngapain sekolah ye kan?
Rumah Koran sempat vakum karena Jamaluddin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Setelah kelar S2 di tahun 2014, aktivitas rumah Koran kembali mulai digalakkan.
Tak hanya menyasar literasi pada anak-anak saja, Jamal juga mendekati para orangtua agar berpartisipasi menjadi bagian dari Rumah Koran. Mereka diajarkan cara menjadi petani organik, memperluas wawasan seputar perkembangan pertanian modern hingga bagaimana memasarkan hasil pertanian di era digital. Dari hasil diskusi di Rumah Koran akhirnya lahir penamaan Kampung Sayur.
Inspirasi Rumah Koran dan kampung Sayur inilah yang kemudian mengantarkan Jamal mendapatkan penghargaan bergengsi dari Satu Indonesia Awards yang diselenggarakan oleh PT Astra Internasional, Tbk pada tahun 2017 untuk kategori Pendidikan. Tak hanya itu, tahun-tahun berikutnya beragam penghargaan lain pun turut diraihnya baik untuk pribadi maupun penghargaan untuk desa Kanreapia.
Beneran ya bahwa hasil tidak akan pernah menghianati proses. Terus berproses, terus melangkah karena cepat atau lambat akan akan membuahkan hasil yang bisa dipetik dengan senyum sumringah di sekeliling.
Kampung Sayur Menjadi Lokasi Wisata Edukasi
Saat ini, Kampung Sayur mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Gowa yakni, Kecamatan Tinggimoncong, Kecamatan Tombolo Pao dan Kecamatan Parigi. Tak lagi hanya berfokus pada produksi hasil pertanian melainkan mulai berkembang menjadi lokasi wisata edukasi.
Agroeduwisata nama kerennya, menjadi wadah edukasi pertanian berbasis wisata. Tren pariwisata di Indoensia memang sedang naik, termasuk di dalamnya adalah wisata edukasi. Jadi tak hanya sekadar liburan, tapi sekaligus juga mendapatkan pengalaman menarik dan edukasi di tempat yang dikunjungi.
Nah hamparan lokasi sayur mayur inilah yang kemudian menjadi lokasi wisata edukasi. Para pengunjung bisa berlibur sambil belajar di alam terbuka. Mereka akan merasakan langsung pengalaman menjadi petani sayuran, bagaimana proses pertanian mulai dari budidaya hingga panen karena bisa langsung memetik sendiri sayuran-sayuran yang ada di ladang.
Sayuran yang dipetik sendiri ini akan menjadi oleh-oleh yang berkesan saat kembali ke daerah asal karena tidak dibeli di pasar atau di toko oleh-oleh sebagaimana lazimnya, melainkan dipetik langsung dari kebun sayurnya dengan tangan sendiri. Apalagi di Kampung sayur juga menerapkan pertanian organik yang mementingkan antara kualitas dan kuantitas, yaitu melahirkan sayur mayur yang sehat dan segar melalui sistem pertanian organik.
Bagi masyarakat kota, ini akan jadi pengalaman berlibur yang berkesan sekali, merasakan atmosfer yang berbeda dibandingkan keseharian mereka di perkotaan. Apalagi didukung dengan cuaca dan suasana di Tomopu Bulu yang memang cocok untuk liburan.
Pengen sekalian nginap juga? Biar sekalian totalitas bisa langsung ikutan aktivitas berkebun pagi-pagi buta. Bolehhh. Sekarang Rumah Koran bekerja sama dengan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa telah menyiapkan fasilitas homestay, ruang pertemuan dan lokasi kemah literasi.
Konsep homestay di rumah warga ini menarik sekali ya menurut saya. Jadi para pengunjung emang benar-benar bisa melihat keseharian warga beraktivitas sebagai petani sayur mulai dari bangun tidur hingga waktu tidur tiba. Bagus banget mengajak anak-anak ke sini, semoga ini menjadi salah satu ikhtiar agar mereka mau makan sayur dengan rela dan ikhlas setelah melihat perjuangan petani mulai dari menanam dan menumbuhkan sayur di ladang hingga tiba di piring mereka dan siap untuk disantap.
Hadirnya wisata edukasi Kampung Sayur ini, tak hanya menjadi penghasilan tambahan bagi para petani tetapi sekaligus juga mampu menumbuhkan rasa bangga menjadi petani dan meningkatkan gairah belajarnya. Petani harus melek literasi agar berkembang menjadi petani yang berwawasan luas dan mampu mengikuti perkembangan jaman di era teknologi informasi.
Berbagi Sayur Berbagi Berkah
Hari gini masih ada yang bagi-bagi secara gratis? Ada sayang ada. Semangat berbagi tak pernah padam meski pandemi melanda.
Gerakan petani berbagi sayur ini juga digagas oleh Jamaluddin dg. Abu sebagai wujud petani literasi peduli Covid19. Ini adalah bentuk kepedulian dan partisipasi para petani bahwa untuk berbagi tak perlu nunggu banyak duit, bisa dimulai dengan apa saja yang kita punya termasuk sayuran segar.
Program ini mulai dilakukan sejak awal pandemi. Mereka menyumbangkan sayur segar bukan hanya untuk warga Gowa tetapi juga menyuplai daerah lain di Sulawesi Selatan yang terdampak wabah Corona. Mekanismenya sederhana, sayuran segar hasil donasi para petani ditampung di Rumah Koran lalu disalurkan ke dapur umum atau desa-desa yang warganya diisolasi karena covid-19.
Siapa sangka, langkah sederhana ini menjadi viral di dunia maya yang kemudian menarik perhatian satuan Brimob Polda. Lahirlah gerakan Petani Berbagi-Brimob Menjemput, sayuran disiapkan para petani di Rumah Koran lalu Brimob menjemput dan mendistribuskan ke lokasi yang butuh. Sebuah kolaborasi yang apik ya.
Program berbagi sayur ini masih berjalan hingga saat ini dengan menyalurkan bantuan sayur hasil pertanian dari Desa Kanreapia kepada dapur umum, bencana alam, korban kebakaran, pondok pesantren dan Panti Asuhan. Terhitung sudah 100 panti asuhan yang berbeda di empat kabupaten kota di Sulawesi Selatan, yaitu panti – panti asuhan di Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Maros, yang mandapatkan manfaat program ini.
Pada bulan Desember ini saja, ada empat panti asuhan yang menerima bantuan sayuran segar. Salah satu di antaranya adalah Panti Asuhan Jabal Rahmah di Jalan Aroepala, Makassar, yang diantarkan langsung oleh Jamaluddin, pada Kamis, 15 Desember 2022.
Gerakan berbagi ini kemudian semakin berkembang dengan konsep bertukar donasi. Menurut Jamal, ia membuka diri bagi donatur lain yang ingin bertukar donasi dengan sistem barter. Sayur segar siap ditukar dengan barang lainnya misalnya telur atau bahkan koras bekas.
Ternyata koran bekas jadi barang penting di Kampung Sayur karena digunakan untuk membungkus sayuran yang akan dikirim ke daerah lain. Makin ke sini, koran makin langka ya jadi klo punya tumpukan koran bekas yang hanya memenuhi rumah, bisa banget dibawa untuk ditukar dengan setumpuk sayur segar dari Kanreapia.
Gebrakan Inovasi Online
Berangkat dari program Petani Berbagi, Jamal juga menghadirkan inovasi baru lewat Rumah Koran, yaitu Patani (pasar Tani). Gerakan ini mengajak para petani memasarkan hasil pertaniannya secara online dengan memanfaaatkan platform sosial media seperti facebook. Instagram, website, whatsapp dan lainnya di mana Rumah Koran menjadi perantaranya.
Program yang dikembangkan oleh Rumah Koran didasari pada tiga hal yaitu Promosi, Edukasi dan Pasar Tani. Pemasaran yang dulu dilakukan secara konvensional mulai dikembangkan secara online. Ini dilakukan agar akses pasar semakin terbuka luas dan Kampung sayur Kanreapia makin dikenal masyarakat luas.
Di sisi lain, edukasi juga terus digalakkan kepada anak muda dan para petani tentang pentingnya menjaga alam dan mengembangkan potensi desa. Ke depannya, diharapkan akan terus bertumbuh perani literasi yang tidak hanya mahir budidaya pertanian tetapi juga handal di bidang pemasaran terutama berbasis digital.
Jamaluddin dg Abu adalah contoh nyata anak muda yang tidak patah semangat ketika pandemi melanda. Bahwa tantangan yang ada bukanlah sebuah penghalang melainkan jalan untuk menemukan peluang lainnya. Berawal dari langkah kecil berusaha memberantas buta aksara di desanya, berkembang menjadi Petani Literasi, Petani Berbagi dan Pasar Tani.
Konsistensi keberlangsungan tiga program ini menjadikan Desa Kanreapia beroleh penghargaan sebagai Kampung Berseri Astra di tahun 2021. Kampung Berseri Astra (KBA) merupakan program pengembangan masyarakat berbasis komunitas yang mengintegrasikan inisiatif 4 pilar program kontribusi sosial berkelanjutan Astra yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan, dalam satu komunitas kampung.
Dengan menjadi salah satu desa dampingan Astra, kegiatan-kegiatan di Kanreapia menjadi lebih terarah. Semoga segera tercapai tujuan Kampung sayur mengangkat citra dan identitas khas desa Kanreapia. Dimulai dari desa untuk Indonesia, dari petani untuk kedaulatan pangan.
Referensi :
https://faktapers.id/2022/03/133703/
https://www.myedisi.com/sinartani/3915/11483/jamal-dari-rumah-koran-menjadi-kampung-sayur
https://www.infodesaku.co.id/2020/01/01/rumah-koran-lahirkan-wisata-edukasi-bernama-kampung-sayur/
https://makassar.tribunnews.com/2020/11/03/memantik-rasa-peduli-masyarakat-lewat-gerakan-sedekah-sayur-petani-kanreapia
https://katadesa.id/index.php/daya-desa/potensi-desa/331-kisah-sukses-pemuda-desa-kanreapia-mengembangkan-pasar-tani
https://katadesa.id/index.php/daya-desa/potensi-desa/331-kisah-sukses-pemuda-desa-kanreapia-mengembangkan-pasar-tani
https://klikhijau.com/satu-satunya-di-sulsel-desa-kanreapia-lolos-verifikasi-proklim-lestari/
http://www.rumahkoran.com/2021/06/kampung-sayur-petani-sayur-dan-pasar.html
http://www.kbakanreapia.com/
https://travel.tempo.co/read/1288288/petani-di-desa-ini-kabur-jika-kedatangan-wisatawan
https://katadia.co/2022/12/petani-dermawan-dari-desa-kanreapia-kabupaten-gowa/
Masya Allah … keren ya. Rupanya penerima KBA 2021.
Semoga selalu eksis KBA di Kanreapia ini … sebagai warga Makassar, saya ikut bangga.