Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu kedua – Rasa Lokal.
Awal tahun sepertinya memang menjadi masa panen buah-buahan lokal. Di mana-mana muncul penjual buah dadakan di pinggir jalan. Rambutan, langsat, manggis, durian, mangga, sirsak dan lain-lain. Buah-buah lokal ini bermunculan dan mendadak jadi primadona yang berusaha menggeser keberadaan buah impor.
Ngomong-ngomong tentang durian, aroma buah ini memang yang paling menguar di antara buah-buahan yang dijajakan di pinggir jalan. Seakan-akan memanggil-manggil, mampir dong kak :)) Ada yang saking cintanya sama buah yang bernama durian ini, sampe rela hunting durian ke mana-mana. Jika traveling ke suatu tempat yang terkenal akan kuliner duriannya, maka dia akan menyempatkan diri untuk berkunjung ke lokasi tersebut sesempit apapun waktu yang dia miliki.
Alfred Russel Wallace, seorang ahli botani, termasuk salah satu pecinta durian yang memuji dan mengibaratkan buah durian sebagai ‘puding susu yang ditebari kacang almond’. Seperti kebanyakan orang Indonesia, Malaysia atau Thailand yang menobatkan buah ini sebagai king of fruit, raja dari segala buah-buahan.
Memang tidak semua orang suka durian. Beberapa orang akan mengernyitkan hidung dan buang muka saat mencium aroma durian di udara. Seorang kawan, sebut saja namanya Henny, akan sangat tersiksa ketika musim durian tiba. Dia memang tidak pernah menyukai buah ini.
Pernah nonton Eat, Pray, Love yang dibintangi Julia Robert? Ketika Liz berkeliling pasar tradisional di Bali, menemukan buah durian dan menanyakan buah apa itu. Felipe menggambarkan buah durian sebagai buah yang berbau, seperti bau kaki. Orang-orang bule pada umumnya menggolongkan durian ke dalam barang-barang paling bau sedunia. Sir Stanford Raffles, yang menetapkan Singapura sebagai pos perdagangan Inggris Raya tahun 1819, akan menekan hidungnya kuat-kuat, bahkan lari menjauh setengah ketakutan dari durian yang dianggapnya sebagai buah yang menakutkan. Di Fear Factor bahkan pernah diajukan tantangan untuk makan buah durian yang dianggap sebagai “the disgusting fruit in the world”.
Saya termasuk salah satu pecinta durian. Sukaaa sekali makan buah durian, olahan durian dan kue beraroma durian. Mungkin juga karena pengaruh saya berasal dari daerah yang terkenal akan buah duriannya, Palopo. Mamak saya memang ndak punya kebun durian, tapi nenek saya punya beberapa pohon durian dan langsat. Ketika kecil dulu, bila musim durian dan langsat tiba, kami biasanya ke rumah Nenek di Cakkeawo atau rumah Tante di Lauwa’. Memetik langsat dari pohonnya atau menunggu durian jatuh dari pohonnya.
Nah jika di Makassar dan merencanakan berkunjung ke Mama Toko Kue dan Es Krim di Serui atau di Panakukkang, cobalah kue bayao nibalu. Kuenya kecil dan berwarna kuning. Rasanya manis, lembut, dan isinya durian. Enak sekali! Bayao artinya telur dan nibalu’ artinya membalut. Jadi bayao nibalu adalah kue telur yang membalut sesuatu, ya daging durian tadi. Duriannya ga diolah, ga diapa-apain langsung dibalut kue telur. Konon, pada jaman kerajaan, kue ini adalah suguhan untuk keluarga Raja dan para bangsawan saja. Harganya lumayan sih, 10 ribu rupiah untuk kue sekecil itu, tapi worthed kok, enak soalnya 😀
Salah satu kebiasaan tahunan di rumah di Palopo sana jika musim durian tiba adalah membuat selai dan dampo durian. Terkadang mamak membuatnya dalam jumlah banyak dan mengirimkan untuk kakak-kakak saya di Makassar atau di Bulukumba. Saya lebih memilih selai durian dibanding dampo durian. Bukan apanya, dampo durian butuh pengolahan lebih lanjut lagi sebelum bisa dikonsumsi, yaitu digoreng, sedangkan selai durian tinggal dioleskan di roti dan dihap langsung :)) Selai durian ini dikirimkan dalam toples-toples kecil, terkadang saya bagikan untuk beberapa teman AM yang juga pecinta durian.
Bulan Maret kemarin, saya pulang kampung ke Palopo mengantarkan sesuatu untuk kakak saya. Aji mumpung juga sih. Saat itu tanggal merah, kantor libur, saya diminta pulang nganter barang dan saat itu durian sedang melimpah. Jadilah saya pulang kampung, menikmati durian sekalian melepas rindu. Nah, mumpung sedang musim durian, jadilah saya belajar membuat selai dan dampo durian. Yang membedakan dengan selai/dampok yang dijual di pasaran adalah selai dan dampok buatan mamak saya ga pake campuran apa-apa jadi duriannya betul-betul berasa. Dampok durian di pasaran terkadang dicampur terigu atau pisang supaya hasilnya banyak.
Jadilah, Sabtu pagi, mamak ke pasar membeli beberapa talaja durian. Durian ini kemudian dibelah dan dipisahkan dari bijinya, jadi yang akan diolah adalah daging buah durian saja. Daging buah durian ditampung di baskom dan dicampur dengan gula merah yang telah disisir, lalu diaduk. Campuran daging durian dan gula merah kemudian dimasak dengan api kecil di atas wajan. Jangan lupa diaduk terus ya, biar ga gosong. Masaknya agak lamaan, sampai daging durian dan gula merah betul-betul tercampur merata dan agak lengket seperti selai pada umumnya. Abis itu diangkat deh dan didinginkan. Jika ingin selai durian, langsung masukkan toples bersih. Tapi jika ingin dampo durian, maka selai ini ditaruh di atas daun pisang kemudian dijemur di panas matahari hingga kering dan gak lengket.
Seperti itulah, durian dengan aromanya yang menyengat. Yang tidak menyukainya akan menyebut buah ini sebagai ‘taste and smell like hell’ sedangkan para pecinta durian akan menyebutnya sebagai buah surga, taste and smell like heaven. Anda termasuk yang mana?
duriaannn.. saya, suami dan kedua batita-ku penggemar durian, hohoho..
hihihi sama kayak keluargaku, semua pecinta durian 😀
slurrpppppp….mintakaaaaaa…….
mintaa?? belliiiii hahahaha *dilempari kulit durian*
mau dong duriannya k….
kalo saya lebih suka yang belum diolah, kalo jadi kue atau makanan lain biasa terlalu manis belah*tp kalo gratis juga mauja*, hehehe
kalau begitu, sama kaya khie, penyuka durian 😀
Deh, itu tojengan ada buah begitu mirip sama durian tapi ndak berbau?
iye ada, saya makan waktu trip ke balikpapan-samarinda. Buah Lai namanya, buah khas Kaltim 😀
Suka duriaaaaaan, tapi bukan yg sudah diolah. Demikian info manis dari saya, sekian dan terima panggilan kopdar durian (lagi) :))
kalo begitu nda termasuk pecinta durian, tapi penyuka durian *halah*
mintaaaaakkaaaa…
Minta? belliii doonggggg hahahaha
Kalo selai praktis di’. Ndak ada roti juga bisa dicemili? 😀
Belum pa pernah makan selai durian. Kalo dampo pernah ji.
iye kak, Biar nda ada roti bisa langsung dihap juga :))
Saya tidak suka durian, tapi saya Cintaaaaaa durian.
Jadi kapan sa dapat jatah selai lagi ? 🙂
hihihi samaki itu Ayah, pecinta durian 😀
*ubek-ubek kulkas rong* sapa tau masih ada isinya topleska :))
Saya termasuk tipe yang nda suka bau durian, tapi anehnya malah saya suka makan durian kakaak :p aneh skali memang, kak..
Pancake durian di toko Dede Sus juga enak kakaaak :’9
Baru tau kalo dompo durian itu tulisannya Dampo.. Kalau habis makan dampo durian, suka nempel di gigi, menyiksa batin skali 🙁
Hahahha iya, kalo makan dampo memang harus siap2 tusuk gigi :))
Saya sukaji bau durian iya, yang sa nda suka itu kalo naik bis/mobil baru ada bau durian, bikin mabok 😀
it taste like feet….
horeee sudah bisa direply langsung =))
saya ndak suka durian… 🙁
saya sukaaaaa :))
Resep bayao nibalu ada mas? Bago dong
Ga punya hehehee maaf ya