Pernikahan Bugis Makassar akan berasa kurang lengkap tanpa hadirnya sajian dalam sebuah wadah bertutup yang disebut Bosara. Sajian bosara ini berupa kue-kue tradisional khas Bugis Makassar yang memang biasanya wajib ada dalam sebuah pernikahan adat Bugis Makassar.

Piring dengan satu kaki dan penutupnya atau pattongko’, satu kesatuan inilah yang disebut bosara. Di atas piring berkaki ini, diletakkan sebuah piring kaca yang berisi kue-kue tradisional khas Bugis Makassar misalnya bannang-bannang, kue putu, beppa pute, katirisala, kue cucur, barongko, kue lapis, bolu peca’, biji nangka, sikaporo, cucuru bayao, sanggara balanda, dan ragam kue basah lainnya. Selain itu, di bosara juga kerap disajikan kue modern seperti bolu gulung atau aneka puding.
Baca juga postingan tentang Katirisala yang legit dan lembut, salah satu kue tradisional Bugis Makassar.
Jaman dahulu, bosara’ terbuat dari kerangka bambu, rotan, ataupun serat lontar. Seiring dengan makin majunya perkembangan jaman, bahan baku utama dalam pembuatan bosara pun berubah menjadi plat seng yang di-chroom supaya kelihatan mengkilap.
Sedangkan pattongko’ atau penutup bosara terbuat dari kerangka bambu yang dilapisi dengan kain. Kain ini bisa berupa kain renda atau kain dengan motif etnik dan ditambah dengan renda atau manik-manik di pinggir penutup bosara sehingga terlihat menarik dan mewah. Belakangan ini sedang tren penutup bosara yang terbuat dari anyaman eceng gondok.
Sejatinya budaya bosara’ merupakan peninggalan budaya khas Sulawesi Selatan dari jaman kerajaan dulu, khususnya dari kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Bosara’ sudah menjadi bagian dari simbol budaya penghargaan di kalangan Bugis Makassar.
Selain untuk acara pernikahan Bugis Makassar, bosara juga biasa dipakai saat khitanan, aqiqah, acara keagaamaan dan juga acara khusus misalnya menjemput tamu penting dengan tari paduppa (yang menggunakan bosara) maupun acara-acara resmi yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Pada acara adat seperti pernikahan, mappaci atau khitanan, bosara’ diletakkan di meja Oshin (meja berkaki pendek) yang disusun berjejer di tengah ruangan. Meja oshin ditutup dengan taplak meja yang berwarna senada dengan dekorasi acara yang sedang berlangsung. Di samping bosara’ diletakkan piring ceper dan sendok kecil untuk wadah makan kue bagi para tamu, lalu ada juga cangkir untuk minum teh beserta alasnya. Tidak lupa juga disiapkan gelas-gelas berisi air putih (yang sekarang sudah berganti dengan air mineral kemasan dengan alasan lebih praktis).
Baca juga : Nasu Pute, masakan khas Bugis yang semakin jarang ditemukan

Salah satu pernikahan berkesan yang saya hadiri adalah pernikahan seorang sahabat di Rumbia, Jeneponto. Saya memang paling senang menghadiri acara pernikahan, apalagi kalau acaranya di daerah atau di kampung. Kesempatan jalan-jalan, makan-makan dan icip-icip kue tradisional yang enak dan mulai jarang dijumpai di Makassar.
Pukul 10 pagi, saat kami tiba di rumah pengantin wanita, kemeriahan pesta mulai terasa. Tamu berdatangan silih berganti menyalami mempelai wanita. Menurut informasi, akad nikah baru dilaksanakan di sore hari pukul 16.00, jadi tamu yang datang sebelum itu hanya akan menjumpai pengantin wanita.
Di tengah ruangan berderet beberapa meja Oshin tempat disajikannya bosara yang berisikan beragam kue-kue tradisional. Sedangkan di pinggir ruangan ada sebuah meja besar untuk sajian makan siang para tamu berupa nasi putih dalam termos, masakan daging kuda, daging ayam, telur, mie, acar dan beberapa jenis masakan lainnya.
Saat dipersilakan duduk dan tutup bosara dibuka, yaiyyy ini dia yang dinanti-nanti! Kue sikaporo, barongko, biji nangka, srikaya kenari, srikaya nangka, sanggara balanda, es buah dan beberapa jenis puding. Setiap kali kue di piring bosara tersisa satu atau dua potong saja, piring tersebut akan langsung diganti dengan sajian baru yang bikin kami enggan beranjak xD
Jadi, sepanjang siang hingga sore menunggu pengantin pria tiba hingga malam hari, kami duduk di depan meja Oshin selama 8 jam kurang lebih hahahaha. Tamu di sebelah kiri kanan sudah berkali-kali berganti tapi yaaa kita di situ-situ aja, lah mau ke mana, soalnya kita belum tau akan nginap di rumah keluarga pengantin di sebelah mana. Akhirnya kami kekenyangan dan puas mencicipi beragam kue-kue tradisional yang biasa disajikan di bosara pada acara pernikahan.
Kalau suatu saat kamu berkesempatan menghadiri pernikahan adat Bugis Makassar, jangan lupa untuk icip-icip sajian bosaranya ya hihihi.

Ohya, ini bacaan menarik lainnya tentang adat istiadat yang unik di Indonesia, ada Mak Tika Samosir yang menuliskan tentang adat istiadat Batak Toba.
Kalau ada pesta pernikahan atau acara-acara adat, saya selalu mengincar duduk dekat bosara. Hihihi..
Saya jugaaaa hahahaha *toss
Ketika tutup bosara dibuka, jreng..jreng… Yang langsung saya incar adalah si kuning hijau, Sikaporo
Sikaporo, sarikaya duhhhh bikin bebe :))
ya Allah…itu kue-kuenya menggoda sekali semua