Menanam sering dijadikan stress healing apalagi di masa pandemi begini. Liat yang ijo-ijo memang memberi kenyamanan tersendiri, apalagi saat merawat, mengelus dan mengajak tanaman ngobrol. Hah tanaman diajak ngobrol? Iyyaaa, ternyata menurut penelitian dengan mengajak ngobrol tanaman bisa membantunya tumbuh lebih cepat.
Sejak dulu, saya tak pernah membayangkan suatu saat akan jatuh cinta dengan dunia tanam menanam. Saya selalu berprinsip, selama belum punya rumah sendiri yaa malas deh memulai untuk menanam. Soalnya pas pindahannya itu loh repottt belum ngurusin kardus dan packingan barang-barang eh mesti ngurus tanaman lagi. Tapi ternyata oh ternyata, pandemi mengubah segalanya.
Berawal dari circle terdekat yang mulai menanam bebungaan dan tanaman herbal, akhirnya kuteracuni juga. Menariknya, seorang teman yang dulu selalu kami ledek bila menanam selalu berakhir dengan mati segan hidup pun tak mau, sekarang berhasil merawat anggur sampai berbuah berikut beragam tanaman hias lainnya.
Saya pun akhirnya mulai mencoba berkebun di lahan sempit di samping rumah, menanam beragam tanaman mulai dari tomat, kangkung, jahe, pandan wangi, kunyit, kencur, Lombok katokkon dan lain-lain. Cerita tentang kebun kecil ini sudah pernah saya posting beberapa bulan yang lalu.
Baca cerita tentang Urban Farming Tren Berkebun Masa Kini
Yes, urban farming kemudian menjadi sebuah tren berkebun di perkotaan. Tak hanya mencukupi kebutuhan dapur sendiri bahkan bisa berbagi kepada keluarga dan tetangga sekitar atau dijadikan sebagai penghasilan sampingan. Maka tak salah jika kemudian muncul pernyataan bahwa berkebun ini memberi banyak berkah baik materil maupun secara psikologis. Berkah dari kebun.
Cerita Petani Millennial Mendapat Berkah Dari Kebun
Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Minggu, 28 November 2021 saya mengikuti webinar yang diselenggarakan Demfarm dalam rangka memperingati Hari Menanam Pohon dengan tema “Cerita Petani Millennial Mendapat Berkah dari Kebun” menghadirkan narasumber inspiratif yaitu Iqbal Abipraya (Petani Milenial Jember yang juga merupakan Petani binaan PKT), Soraya Cassandra (Founder Kebun Kumara), dan juga Adrian R.D Putera (Project Manager Program Makmur PKT). Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dengan menghadirkan 100 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari blogger, journalist, dan masyarakat umum di wilayah Indonesia.
Iyya, ternyata ada loh perayaan Hari Menanam Pohon , saya baru tau pas kemarin ituuu. Hari Menanam Pohon Indonesia selalu diperingati setiap tanggal 28 November setiap tahunnya berdasarkan Keputusan Presiden nomor 24 tahun 2008 sebagai kampanye mencegah dampak kerusakan alam dan perubahan iklim. Nah karena baru tau, bisa dibilang ini adalah peringatan Hari Menanam Pohon yang pertama kali saya lakukan.
Seremonial menanam yang mengawali webinar tersebut berlangsung seru sekali. Semua yang hadir menyiapkan gardening kit yang sudah dikirimkan oleh pihak Demfarm sebelumnya, lalu bersama-sama secara live melakukan kegiatan menanam yang dipandu oleh moderator.
Gardening kit yang dikirimkan Demfarm ini lumayan lengkap, berisikan 5 macam benih, pot kecil, media tanam, polibag, botol spray, penanda bibit dan tutorial cara menanam. Semuanya dikemas dalam satu box coklat yang dilengkapi kartu ucapan terima kasih.
Adrian R.D Putera (Project Manager Program Makmur PKT)
Program Makmur dari PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) yang merupakan perusahaan industri pupuk terbesar di Indonesia, merupakan komitmen perusahaan dalam rangka meningkatkan pemberdayaan petani dan produktivitas pertanian di Indonesia. Program ini memberikan ekosistem lengkap yang bertujuan meningkatkan produktivitas hingga penghasilan petani. Ekosistem di sini menghubungkan petani dengan pihak project leader, asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, pemerintah daerah, agro input, ketersediaan pupuk non subsidi, dan offtaker.
Jadi program makmur ini berlaku untuk semua petani, termasuk petani millenial. Harapannya akan semakin banyak petani muda yang memajukan pertanian di daerah masing-masing sehingga cita-cita ketahanan pangan nasional bisa kita tercapai. Sektor ini butuh tenaga millennial.
PKT sendiri sudah membina banyak petani milenial termasuk Iqbal Abipraya dengan 100 petani yang tergabung dalam kelompok tani milenialnya, dengan terus mendukung dan melakukan pendampingan kepada petani milenial untuk meningkatkan produktivitas dengan cara-cara yang lebih kekinian.
Iqbal Abipraya (Petani Milenial Jember)
Millennial asal Jember ini mengaku memilih profesi menjadi petani di usia muda karena ingin mematahkan stigma buruk mengenai profesi petani. Menjadi petani adalah suatu pengabdian karena selain ketekunan, regenerasi juga dibutuhkan. Apalagi, kehadiran modernisasi turut memberi peluang besar untuk digarap generasi milenial demi mengambil ceruk pasar yang sangat potensial lewat inovasi dan terobosan segar,
Pertanian butuh manajemen yang bagus. Dulu orang bertani pake cara tradisional dengan bayar orang mulai membajak sampai masa panen. Sekarang minim biaya karena pake traktor. Sektor ini butuh teman-teman yang muda. Kalau misalnya belum tertarik untuk terjun langsung ke lapangan, bisa kolaborasi. Kalau orang tua bertani, yang muda support dengan informasi.
Nah ada poin penting yang harus diperhatikan jika ingin menggeluti dunia pertanian/perkebunan agar bisa menjadi petani milenial yang berbasis digital. Pertama, tau ilmunya dulu, bertani tapi ga paham pertanian ya sia-sia bisa gagal panen. Ilmunya tentang apa yang mau kita tanam, cari tau dengan mendalam. Kedua, tau pasarnya. Mau dibawa ke mana hasil kebun ini nantinya. Percuma kita pilih komoditi tapi ga tau pasarnya ke mana.
Pesan iqbal buat teman milenial lainnya :
Jangan malu jadi petani karena petani itu keren, pekerjaan mulia. Bukan karena hasilnya atau orang jadi ngga bisa makan kalau ngga ada petani. Jauh sebelum itu penyumbang oksigen terbesar adalah petani. Karena hasil samping dari menanam ya oksigen. Makanya menanam pohon untuk kebutuhan oksigen. Selain itu bisa memberi pekerjaan juga untuk masyakarakat, menciptakan lapangan perkerjaan dan berbagi.
Soraya Cassandra (Founder Kebun Kumara)
Senada dengan paparan Iqbal, Soraya Cassandra juga mengajak mengajak lebih banyak teman Gen Z untuk memulai langkah kecil menjadi petani milenial di rumah sendiri dan membiasakan diri melakukan kebaikan untuk diri sendiri dan bumi. Demi tujuan inilah Kebun Kumara dibuat, biar lebih banyak anak muda yang terinspirasi.
Sandra juga berbagi tips berkebun agar terhindar dari hewan-hewan liar yang mengganggu tanaman. Ini adalah suka duka berkebun di rumah, jadi bukan hanya pangan buat kita tapi buat binatang dan yang lainnya juga. Justru senang klo ada serangga artinya kebun kita sehat. Kecuali kalau berlebihan maka perlu diseimbangkan kembali. Caranya dengan menanam tumbuhan pengalih, seperti tanaman bunga, basil, kemangi atau tanaman berdaun wangi lainnya. Jadinya si serangga ngga akan ngincer sayuran.
Selain itu bisa bikin barrier dan paranet, nah untuk tikus bisa pake kawat yang sekaligus menguatkan agar tanaman bisa terjaga.
***
Saya sependapat bahwa kebun adalah sumber dari keberkahan yang melimpah. Apa yg kita tanam akan dikonsumsi oleh kita, bisa dibagi-bagi juga ke tetangga. Manteman yang suka berkebun atau tanam menanam punya pengalaman menarik terkait ini? Share yuk di kolom komentar 🙂
Dulu tu males berkebun karena nggak mau tangan kotor kena tanah. Eh sekarang bikin ketagihan. Bahagia aja kalau lihat tanaman tumbuh subur dan menghasilkan
saya sedang kurang rajin mengurus kebun…eh tetiba diajak ikut kegiatan ini sama demfarm. Kayak tau aja saya lagi butuh di-ayo ayo hihihi.
Menanam jadi hal yang membahagiakan memang, soalnya karena lihat warnanya yang hijau segar, terus juga bener kak Nanie bisa diajak ngobrol juga, jadinya seperti punya temen juga hehe
Senang itu banyak dapat bibit sayuran dan juga bunga matahari. Kepikiran lama saya mau beli bibit bunga matahari yang di daerah saya masih susah. Beli online kali ya meski belum tahu di tempat saya bisa tumbuh bagus atau enggak.
Obrolan para petani milenial ini sangat menginspirasikan. Terimakasih artikel ini sangat menyemangati saya untuk produktif lagi di kebun.
aku suka beli2 taneman mba.. tapi kadang merawatnya itu yang kurang telaten ahaha.. kapan hari pernah udah nanam cabai merah besar sampai ada buahnya. eeh trus mati karena aku tinggal ke luar kota agak lama :((
Aku suka ngiri liat teman-teman yang telaten merawat tanaman. Aku dari dulu cuma bisa menyiram tanaman aja, Kak. Biasanya suami yang kebagian menanam. Beliau lebih telaten menanam, dan memindahkan tanaman. Nah, kalo giliran panennya, aku jago, hahaha…
Ini tuh hobinya ortuku banget kak. Hheehe sampai sekarang aku mencoba untuk ikut seneeenngg meskipun angot2an alias kalo mood aja hihi. Tapi lihat orang berkebun tuh sukaa aja gituu
petani milenial kaya mas Iqbal dan mba soraya ini punya poin plus terbuka ke informasi dan punya akses digital yaa, jadinya bisa mengembangkan pasar pertanian lebih luas lagi, bahkan kalau pinter ambil ceruk pertanian yg segmented bisa sampe ekspor luar negeri yaa
Aq dari dulu emang suka nanam tanaman yang bermanfaat kayak jeruk purut, kunyit, dll. Tapi makin kesini jadi merambah ke bunga2an gitu. Dan senengnya pas taneman kita udah tumbuh trus berbunga tuh ada kepuasan tersendiri
Saya masih belum pede mau berkebun, takut ribet milih bibit dan pupuknya. Tapi kalau sudah ada starter kit seperti Defarm ini kayanya enak ya karena tinggal tanam aja.
Seru banget sih bisa dapet gardening kit terus bersama-sama secara live melakukan kegiatan menanam. Pasti menyenangkan banget ya mbaaa. Beneran deh kalo berkebun bisa stress healing. Setuju, petani itu keren, pekerjaan mulia. .
ngomongin berkebun tuh aku suka inget sering kena omel, “lulusan pertanian kok gak suka berkebun.”
hei maap, aku bukannya gak suka, tapi emang gak bisa XD soalnya aku kan kuliah agribisnis jadi lebih banyak belajar tentang pemasaran pasca panen. walaupun gitu aku seneng liat mama berkebun, paling nggak aku bisa bantu cabut rumput lah xixixixi
Jadi inget pertama kali pilih rumah yang kami tempati dulu. Meski sewa tapi saya menanam segala macam. 2 bulan lalu suami bilang, wah ini kalau pindah berapa truk, nih. Bisa mulai dibagikan ke teman.
Tapi saya jatuh cinta pada urban farming sejak lama dan ini menyenangkan! Bahkan saya jual sebagian dan donasikan sebagian lagi.
aku jgua di rumah nanam tanaman yang mudah ditanam dan dipanen. Kebanyakkan sih bumbu dapur yaaa. Yuk semakin update informasi mengenai berkebun dan bercocok tanam
kalau dikerjakan secara serius, berkebun juga bisa mendatangkan berkah ya mbak
pas pertengahan pandemi kemarin, aku juga nekat coba nanem beberapa tanaman kayak sawi keriting dan cabe, awalnya seneng karna pertumbuhan di awal bagus dan cepet, tapi 1-2 bulan kayak ngestuck gitu pertumbuhannya, dan dari situ baru sadar ternyata merawat tanaman itu tidak semudah kelihatannya ya 😀
Aku termasuk yang hanya suka menikmati, biasanya yang nanem-nanem malah suami. Aku bagian menikmati hasil panenan aja, hehe.
Yang suka nanem dan tumbuh subur tuh ibuku mba, aku nyerah kalo bertanam gilo ama cacing hehehe
di rumah mertua banyak ayam juga. Kalo beli sering ditotolin gitu jadi sebel
Yup, jangan malu jadi petani, karena kehadirannya selalu dibutuhkan…
Semoga petani indonesia semakin maju…
Para petani millenial bisa menjadi contoh petani masa kini yang sukses membawa berkah.
Salut banget dengan anak muda yang masih mau menekuni profesi ini. Semoga kita semua bisa ikut gerakan menanam pohon seperti panggilan hati para petani millenial ini yaa..
Waaaah, mas iqbal ini orang jember ya. Aku juga orang jember btw. Semoga sukses orang-orang hebat