BATIK. Lebih dari sekadar kain, ada makna filosofis yang tersimpan, ada proses panjang di balik pembuatannya, ada kisah-kisah yang diwariskan turun temurun.

Belikanka baju batik nah, satu saja, untuk ke kantor – Pesan yang saya terima dari si kakak saat dia tau saya mau traveling ke Jogjakarta. Sebagai low budget traveller, pastilah saya nyari batiknya di Malioboro saja :)) Tak hanya baju batik, saya akhirnya membeli daster batik lucu untuk para ponakan.
Baju batik nahhhh, mauka pake ke acara formal – Pesan serupa kembali saya terima saat si kakak tau saya akan ke Solo menghadiri event ASEAN Blogger 2013. Jadilah saya menyusuri toko demi toko yang ada di sepanjang jalan di Kampung Batik Laweyan, demi oleh-oleh selembar dua lembar baju batik.
Berbicara tentang batik, otomatis yang muncul di kepala adalah Jogja dan Solo yang memang populer dengan kain batiknya. Itu dulu, sebelum akhirnya batik mulai berkembang ke daerah lain dan mulai dipakai oleh beragam lapisan masyarakat, mulai dari anak sekolah sampai pekerja kantoran yang berbatik setiap hari Jumat. Apalagi sejak UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada tanggal 2 Oktober 2009, yang kemudian juga diperingati sebagai Hari Batik
Batik dan Teknik Pembuatannya
Batik berasal dari dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “tik” yang berarti titik/matik jadi bila digabungkan kurang lebih bermakna menulis titik-titik. Kata batik sendiri merujuk pada teknik pembuatan corak motif batik – menggunakan canting atau cap – dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna motif batik pada baju batik yaitu “malam” (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna.

Jika menelusuri sejarahnya, asal usul batik masih menjadi perdebatan. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, para pedagang India kemudian membawanya masuk ke daerah Jawa dan dikembangkan di sana. Pada abad XVII corak batik ditulis-lukiskan pada daun lontar dan papan rumah adat Jawa dengan motif yang masih didominasi gambar tanaman dan binatang.
Pada perkembangannya, kerajaan Majapahit mulai tertarik dengan motif batik ini dan mulailah dikembangkan motif-motif abstrak, motif candi, awan, wayang dan lain-lain. Media yang digunakan pun mulai berbeda yaitu sekembar kain putih atau kain yang berwarna terang. Kain batik pun dijadikan sebagai simbol budaya oleh Kerajaan Majapahit, Mataram, Demak dan kerajaan lain setelahnya.
Pada masa itu, batik tulis merupakan satu-satunya teknik yang digunakan dalam membuat kain batik dengan menggunakan bahan pewarna alami yang dibuat sendiri. Belakangan, mulai dikenal teknik batik cap dan batik printing yang dianggap lebih efisien karena tidak makan banyak waktu. Meskipun jika dibandingkan secara kualitas, tentunya di bawah batik tulis, selain itu juga dianggap kurang memiliki nilai estetis.
Saya pertama kali liat teknik pembuatan batik secara langsung saat traveling ke Jogja, sekitar akhir tahun 2011. Di Mirota Batik Malioboro, ada satu pojokan yang ditempati oleh seorang ibu yang fokus membatik dengan menggunakan canting jadi para pengunjung bisa mengamati bagaimana proses menggambar motif batik secara tradisional.
Menyentuh dan menggunakan canting pertama kali saat ikutan workshop membatik yang diadakan Yabisa Management di Mall Panakkukang tahun 2013. Akhirnya saya banyak belajar soal batik tulis dan proses pembuatannya dari owner The Ajean House, mulai dari perlakuan kain sebelum mulai digambari motif menggunakan canting hingga mlorod, yang merupakan langkah akhir dari proses tersebut. Setiap tahapan membutuhkan waktu yang kadangkala memakan waktu berbulan-bulan sebelum akhirnya selembar kain batik tersebut bisa kita sentuh dan pilih di display toko. Jadi sangatlah wajar jika kain batik tulis harus ditebus dengan harga yang cukup mahal.

Saat ini, batik sudah banyak ditemukan di banyak negara-negara. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Meski demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Di Indonesia sendiri, batik semakin meluas bukan hanya di Jawa saja. Tiap-tiap daerah mulai mengembangkan motif batik yang menjadi ciri khas sesuai filosofi dan budayanya masing-masing. Mulai dari Batik Aceh, Batik Minangkabau, Batik Bali, Batik Madura, hingga Batik Lontara dan Batik Toraja dari Sulawesi Selatan.

Festival Batik dan Tenun Nusantara di Karebosi Junction
Tak banyak yang tahu bahwa di Makassar ada sebuah mall baru, Karebosi Junction namanya. Selama ini kita mungkin hanya sering mendengar tentang Karebosi Condotel saja. Nah, Karebosi Junction ini merupakan mall lifestyle yang menempati lantai 2, 3, 4, 5 dan 6 Karebosi Condotel. Di lantai tersebut juga terhubung langsung dengan SPM MTC Karebosi, yang merupakan sarana penyebrangan untuk mengakses dua Mall, yaitu MTC Karebosi dan Karebosi Link.
Saya sendiri baru pertama kali menjejakkan kaki di Karebosi Junction saat ikut workshop membuat bros batik tanggal 10 Desember kemarin, yang diadakan sebagai rangkaian event Festival Batik dan Tenun Nusantara. Sayangnya, rencana untuk ngider-ngider ke setiap tenant harus batal karena si anak kecil tertidur di tengah-tengah workshop dan agak rewel setelahnya. Penasaran, saya memutuskan balik lagi beberapa hari setelahnya mengingat festival ini hanya berlangsung sampai tanggal 25 Desember saja.
Karebosi Junction dapat diakses melalui beberapa cara. Akses yang paling mudah adalah melalui lobby Karebosi Condotel lalu berbelok ke kiri dan naik eskalator di depan minimarket Alfamart. Begitu menginjakkan kaki di ujung eskalator yang merupakan lantai 3, akan langsung menemukan hamparan baju batik di depan mata. Akses lainnya melalui eskalator samping kiri dan kanan SPM Karebosi yang langsung menuju ke lantai 3 Karebosi Junction. Atau bisa juga memanfaatkan lift SPM MTC Karebosi, nah kemarin saya lewat sini. Parkirnya di mana? Bisa di parkiran Karebosi Kondotel, Karebosi Link atau MTC Karebosi, bebassss, semua terhubung.

Di Festival Batik dan Tenun Nusantara kita bisa menemukan ragam batik dan tenun karena memang mendatangkan produsen langsung dari kota Solo, Jogja, Cirebon, Jepara, Pekalongan dan lain-lain. Di sini bahkan bisa memesan dan mengukur seragam, juga untuk couple dan keluarga.
Ada beragam acara yang diselenggarakan sebagai rangkaian dari festival ini, mulai dari fashion show anak dan remaja, kelas membatik dan decoupage, kelas membuat bros dari kain batik, kelas make up, lomba fotografi sampai talkshow tentang daily outfit menggunakan batik.


Wida Florist – Wiru Batik & Craft
Dari obrolan santai dengan Mba Tiu yang ada di tenant Wida FLorist, saya banyak mendapatkan informasi tentang jenis-jenis batik, sambil menunjukkan tenant yang menjual jenis batik tersebut misalnya Batik Jogja dan Solo yang didominasi oleh warna hitam dan coklat serta Batik Pekalongan dengan warna dan motif yang lebih berani. Di Wida Florist sendiri kita bisa menemukan beragam baju batik mulai dari anak-anak hingga dewasa, bahkan untuk keluarga juga. Lalu ada tas pandan decoupage, tas eceng gondok, tas batik, kalung, gelang dan beragam aksesoris lainnya.
Saya sempat menanyakan, mba Tiu menginap di mana? Oh ternyata di Karebosi Condotel menginapnya. Jadi pihak Karebosi Condotel memang mengundang para produsen ini dengan memberikan fasilitas berupa tenant untuk berjualan dan hotel untuk menginap dengan harga yang bersahabat. Rata-rata produsen ini memiliki toko di Thamrin City Jakarta dan workshop di daerah masing-masing.
Bergeser dari Wida Florist, saya mampir di beberapa tenant lainnya yang sayangnya sedang kosong ga ada yang jaga. Pun begitu di Mutiara Sengkang, ga ada orang jadi ga bisa tanya-tanya deh. Di tenant ini banyak dipajang kain Lagosi yang merupakan kain tenun dari Sengkang.


Pak Roby, dari tenant Batik Firly Cirebon berbaik hati menelponkan ketika saya bertanya, ke mana ya yang jaga di Tenun Sengkang ini. Sayangnya ga ada jawaban. Akhirnya saya mampir saja dan nanya-nanya ke si bapak soal batik Cirebon.
Motif batik Cirebon yang paling terkenal adalah motif mega mendung, mungkin kalian pernah liat juga, yang bergambar awan pembawa hujan, katanya sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan. Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus. Saya sempat pegang-pegang sih kainnya, tapi lupa foto hiks. Selain motif mega mendung, ada juga motif-motif lain yang cukup bervariasi. Di Batik Firly Cirebon, harganya dibanderol mulai dari seratus ribu rupiah yang berupa kain batik hingga yang termahal enam juta lima ratus ribu berupa sarimbit sutra.
Satu deretan kain batik menarik perhatian saya untuk mendekat dan mulai memegangnya saat Pak Roby bilang, ini kain sutra dari sini lalu dibuat batik di Cirebon dan kembali dijual di sini hehehehe. Saya melirik, label harga yang tertera adalah dua juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah.
Dari Pak Roby saya juga mendapat informasi bagaimana membedakan batik tulis, batik cap dan batik printing dengan menunjukkan contohnya masing-masing. Suka deh kalau yang jualan seperti ini, informatif.


Saya akhirnya mendapat jawaban mengapa sebagian besar tenant ini kosong ga ada penjaganya, ternyata sedang meeting dengan manajemen Karebosi Junction perihal perpanjangan waktu para tenant undangan yang mengisi festival Batik dan Tenun Nusantara. Sampai saya meninggalkan area Karebosi Junction sih belum ada informasi sampai kapan hehehhe Semoga saja bisa lebih lama lagi ya, supaya bisa membantu masyarakat Makassar yang ingin belanja batik berkualitas cukup ke Karebosi Junction saja.
Harapan serupa sempat saya lontarkan ke Mba Tiu dan Pak Roby, apa masih akan mengisi tenant di sini selepas event ini? Mereka juga berharapnya seperti itu, sekalian mengembangkan pasar di kawasan Indonesia Timur di mana Makassar merupakan gerbangnya.






Sayangnya saya tidak menemukan Batik Toraja dan Batik Lontara saat berkeliling kemarin, atau saya yang kelewatan ya? Mungkin bisa jadi pertimbangan untuk pihak manajemen, semoga ke depannya bisa menggandeng UKM yang memproduksi kedua jenis batik ini sehingga melengkapi koleksi batik nusantara dan memperkuat image Karebosi Junction sebagai pusat perbelanjaan batik di Makassar.
Ohya untuk kamu yang sedang hunting batik, segera merapat ke Karebosi Junction ya mumpung Festival Batik dan Tenun Nusantara masih ada sampai tanggal 25 Desember nanti. Jika ingin tau ada tenant apa saja, cek videonya dulu di bawah ini 🙂
Lihat batik dimana-mana rasanya bahagiaaa, kalo sata suka batik yang coklat2 gitu kak, di festival batik dan tenun nusantara kemaren harga relatif murah ji dih… Iya, daripada ke tempatnya langsung pake beli tiker dulu XD
Tiker apa tiket
komentar saya sudah di grup yaa
hahaha
semoga sakses!
Hahahaha terima kasih komentarnya daeng ipul 😀
Senang lihat batik2 ini Nan… jadi penasaran ma batik sutra dri sulsel.
Cuzz ke Karebosi Junction kak Abby, menuntaskan rasa penasaran 😀
Senangnya sekarang sudah ada toko batik Jogja dan Solo di Makassar, jadi kalau butuh batik untuk ke undangan tinggal melipir ke sini. Bye bye belanja online xixixi
Hihihi saya juga masih lebih suka belanja ke tokonya langsung kalo masalah pakaian, bisa diraba dan diterawang :))
Alhamdulillah, batik sudah ada di Makassar. Tidak perlu lagi jauh-jauh ke Jawa kalau hanya untuk sekedar beli batik.
Alhamdulillah kak, hanya perlu siapkan uang saja tidak perlu beli tiket 🙂
Batik Cirebon lebih berwarna yaaa
Lebih berani dalam motif dan warna 😀
Saya lihat juga di Karebosi Junction gak ada yang jual batik Lontara, padahal lagi hits banget di Makassar… Sayang ya!
Iyya ka Ery, lagi hits dan banyak yang cari juga
keren banget ulasannya kak nanieee
goodluck kak :*
Terima kasih Qiah :*
batiknya cantik2 bangeeeet. jadi pengen ke karebosi junction
Cuzz kak mumpung festival Batik dan Tenun Nusantara masih berlangsung
Waaaah batik batiknya cakep cakep ya mbaaaak.. kain tenunnya pun lucu motifnya.. Berarti kalo mau cari batik di Makasar langsung ke Karebosi Junction aja yaaaa
Iyyaaa, batiknya cakep-cakep, mau yg kemeja, tunik, dress sampai kainnya ada semua