Setiap keluarga, biasanya punya resep favorit yang diwariskan turun temurun. Dari nenek buyut, ke nenek, ke ibu dan akhirnya sampai ke kita.
Di rumah saya sendiri, masakan yang jadi favorit dan selalu ada setiap lebaran adalah opor ayam terong. Penambahan terong saat ayam sudah matang, memberikan cita rasa yang berbeda. Kata mamak, ini juga masakan favoritnya saat masih kecil. Sayangnya saya gak punya fotonya hiks. Mungkin lebaran besok, bisa foto-foto sambil menuliskan cara masaknya step by step.
Saya pernah menuliskan resep masakan nasu pute masakan andalan mertua. Setiap kali lebaran, menu ini selalu ada. Sewaktu kecil dulu di Barebbo (Kab. Bone), ibu mertua sering sekali disajikan nasu pute ini. Beliau belajar membuat masakan ini saat di Pemusiran, sebuah desa kecil di Jambi yang didominasi oleh suku Bugis. Di sinilah kampung halaman Anbhar, tempatnya dilahirkan dan dibesarkan sebelum hijrah ke Makassar. Setiap kali ada acara di Pemusiran, entah itu pernikahan, syukuran atau acara adat lainnya, bahkan saat lebaran pun Nasu Pute selalu disajikan.
Baca juga : Nasu Pute, Masakan Bugis Yang Semakin Jarang DItemukan
Tema collablogging kali ini adalah resep warisan keluarga, menarik yaaa. Nah, karena saya sudah pernah menuliskan tentang resep nasu pute dan ga punya foto opor ayam terong, jadi ya kita beralih ke resep yang lain saja hehehhe.
Barongko. Ini juga favorit baik di keluarga saya maupun di pihak keluarga Anbhar. Bahkan favorit hampir semua masyarakat Bugis Makassar. Barongko merupakan salah satu kue tradisional Bugis/Makassar yang menggunakan pisang kepok sebagai bahan dasarnya. Penambahan santan dan telur memberikan rasa, aroma dan tekstur yang khas.
Dahulu, barongko hanya bisa dinikmati oleh keluarga kerajaan saja. Menu sangat istimewa yang disajikan sebagai sajian penutup pada upacara adat atau pesta pernikahan. Tapi di zaman now, barongko sudah bisa ditemukan di pasar, penjual kue tradisional atau toko kue di Makassar.
Baca juga : Sajian bosara di Pernikahan Bugis Makassar
Kue Barongko ini telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya takbenda Indonesia, yang diberikan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sertifikat Barongko sebagai warisan budaya bernomor 60128/MPK.E/KB/2017.
Cara membuat barongko termasuk cukup mudah, baik dari segi bahan yang mudah didapatkan maupun proses pembuatannya. Nah, resep barongko pun bisa saja berbeda tergantung siapa yang membuatnya. Teman saya, sebut saja namanya Bunga, pernah bilang kalau dahulu neneknya membuat barongko dari tombong alias anak buah kelapa. Mertua saya bilang, di keluarganya di Bone, membuat barongko harus menyeimbangkan telur dan pisangnya. Satu mangkok pisang yang dihaluskan berarti menambahkan satu mangkok telur. Nah, ada juga yang menambahkan susu baik susu kental manis dan susu bubuk. Kadang dipadukan dengan durian, nangka, daging kelapa muda dan daging buah lontar. Mungkin ini versi modifikasi hihihi entah ya.
Resep barongko berikut ini adalah versi mertua saya. Tak cukup dua barongko tiap kali menyantapnya, apalagi barongko dingin di siang bolong. Yummiiiii. Sayangnya, setiap kali saya menanyakan berapa takarannya, bumer selalu menyebutkan : dikira-kira saja, pake perasaan hahahha duh perasaanku kurang peka, mungkin itu sebabnya saya beberapa kali gagal membuat barongko versi ibu mertua ini.
Kue Barongko Khas Bugis yang Enak dan Lembut
Bahan yang dibutuhkan :
1 sisir pisang kepok yang sudah matang
Santan dari 1 butir kelapa
5 butir telur
Gula pasir secukupnya
Garam sejumput
Daun pisang untuk membungkus
Cara Membuat :
1. Pisang dikupas, yang diambil adalah bagian putihnya. Bagian tengahnya yang berwarna hitam disisihkan. Nantinya bisa dibuat roko-roko unti dengan campuran kelapa parut.
2. Haluskan pisang. Zaman sekarang sih dihaluskan pake blender ya, tapi bumer masih menghaluskan dengan cara tradisional yaitu dengan pelepah daun pisang yang dipotong atau gelas.
3. Campurkan adonan pisang dengan telur, gula pasir dan garam. Lalu tambahkan santan sampai adonannya encer. Nah bagian penambahan santan ini yang agak tricky, kalau terlalu encer, bisa-bisa barongkonya ga jadi 😀
4. Siapkan daun pisang yang sudah dipotong dan dicetak. Cetaknya pake potongan pelepah pisang juga supaya besarnya seragam. Kalau daun pisangnya yang tua, bagian dalamnya dilapisi daun pisang muda.
5. Masukkan 2 atau 3 sendok adonan pisang tadi ke dalam daun pisang lalu diikat atau ditusuk lidi supaya rapat dan tidak tumpah. Lakukan sampai adonan habis.
6. Kukus selama kurang lebih 25 menit. Pastikan kukusan sudah panas ya sebelum barongko dimasukkan.
7. Setelah matang, bisa disantap hangat-hangat atau dimasukkan kulkas dulu dan dinikmati dalam keadaan dingin.
**
Saya sudah beberapa kali mencoba membuat barongko versi ibu mertua ini. Kadang berhasil kadang gagal. Biasanya, kalau lagi gak punya daun pisang, saya bikinnya barongko talang. Resep dan caranya sama, hanya saja dikukusnya di talang atau wadah tupperware. Penggunaan santannya agak dikurangi, supaya adonan jadi lebih padat dan bisa dipotong. Rasanya juga enak, hanya saja aroma daun pisangnya yang khas jadi hilang hehehhe.
Kalau di keluarga kalian, ada resep favorit yang diwariskan turun temurun gak? Share yuk di kolom komentar. Bisa mampir juga baca resep Lepat Labu yang merupakan Resep Warisan Keluarga dari Desa Sosokan Taba Bengkulu, postingan ini merupakan post trigger #KEBloggingCollab untuk kelompok Susi Pudjiastuti yang ditulis oleh Zefy Arlinda.
Omg ternyata telur yang dimasukan banyak sekali yaa. Suami saya suka sekali sama barongko yang dijual di toko mama, sayangnya saya nggak bisa menyantap dessert dingin yang mengandung telur. Karena bau telurnya suka tercium, jadi kurang nyaman rasanya. Kue khas Sulawesi fav. saya sih jalangkote, depatori dan kue taripang.
Hihihi saya sekeluarga sukaaa sekali sama barongko, babyjo juga. Jalangkote dan deppa tori juga, klo taripang malah ga terlalu suka makannya 😀
kalau saya kak, saya suka bolu peca’. saya suka karena mewakili saya dengan sangat tepat. saya itu seperti bolu peca’, lembut dan manis.
Barongko! Wuih kusukanya, sayang saya tidak piawai bikin, Mamaku ji yang selalu bikin. Asal ada pisang, daun pisang maka sibukmi itu beli telur dan lainnya. Mamaku biasa juga masukkan durian ke dalam adonan, jadi barongko rasa durian. Yammi…
Di kampung biasanya orang pake gelas dih, eh sekarang mungkin pake blender
Ini mi kue tradisional yang paling disukai Papiku, padahal dia diabetes. Tapi kalo ketemu Barongko suka kalap! Hahaha
Baca judulnya sudah langsung membayangkan barongko yang lembut dan manis dengan rasa pisang yang dominan. Sebagai penggemar pisang, saya juga sangat menggemari barongko.
Sayangnya seleraku agak terganggu pas di paragraf awal ada dibahas soal terong. Euwwww.. i don’t like terong hahaha
Untung cuma dibahas sedikit ji
Mamieku dan mama mertuaku juga pintar banget bikin barongko. Mertuaku malah selalu langganan bikin berjenis-jenis kue daerah untuk acara kawinan. Dan kedua orang ini juga sama, suka bilang kira kira kalo ditanya resepnya. Harus kita liat sendiri saat mereka bikin. Itu juga biasa mereka refleks nambahin ini kurangin itu. Untung sekarang apa apa bisa divideoin ya. Kak Nanie ngilerku liat itu barongkotaaaa.
Barongko ini mirip penganan tradisional Jawa, Carang Gesing. Cuma bedanya kalau Carang Gesing pisangnya nda dihancurkan, tapi cuma dipotong-potong. Dan kayaknya nda pake telur juga.