Laut. Biru. Langit. Biru.
Siapapun yang melihat biru laut berpadu dengan langit biru, akan merasakan sesuatu bergetar di hatinya. Saya jatuh cinta pada laut, bertahun lalu.
Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu keenam – Dua Sisi.
Tentang Pantai dan Laut
Saya pertama kali melihat laut ketika SMP, pantai Songka di Palopo. Pasirnya coklat, airnya ga jernih-jernih amat, dan banyak bakau. Jangan membayangkan pasir putih di pulau Samalona apalagi Tanjung Bira, jauhhhhh.
Tapi yang menyenangkan, ketika itu sedang musim bintang laut. Banyak bintang laut yang terdampar di tepi pantai. Jadi, sambil berenang saya mencari bintang laut.
Kali ke-dua saya melihat laut, saya sudah tinggal di Makassar. Tanjung Bayam. Losari pengecualian ya, karena saya gak pernah berenang di sana π Tanjung bayam juga berpasir coklat, agak kotor. Tapi dengan bahagia saya berenang bersama kawan-kawan.
Ketika melihat tanjung Bira di tahun 2005, saya terpesona. Laut bisa sedemikian indahnya! Pasir putih, air jernih, laut biru, langit biru. Saya jatuh cinta! Sejak itu saya memutuskan, jika dihadapkan pilihan ingin liburan ke laut atau pegunungan, saya lebih memilih laut.
Tentang Snorkeling
Kali lain, saya diajak ikut ke pulau Dutungan β Barru. Tahun 2010 bersama teman-teman JS – Jalan Sahabat. Awalnya saya mengira tak ada yang istimewa. Okelah. Pulau yang indah, bungalow yang keren, pantai yang pasirnya agak kasar dan banyak kerang yang bertebaran.
Dan kemudian saya mencoba snorkeling. Pertama kali memasang mask, snorkel dan mencoba mengatur nafas sambil mengambang di air laut, I felt amazed. Ikan-ikan kecil berenang, karang, rumput-rumpt yang tumbuh di pasir, sinar matahari yang menembus air laut. Wow!
Tapi saat itu saya tidak berani snorkeling jauh-jauh. Saya gak bisa berenang soalnya π dan ini pengalaman pertama saya.
Penasaran mencoba lagi, akhirnya saya, anbhar, intan dan beberapa teman sepakat untuk ke pulau Gusung, sekitar 5-10 menit dari Dermaga Kayu Bangkoa Makassar. Pengalaman yang menegangkan hahahha. Pertama kali saya berenang agak jauh, mencoba mengambang di kedalaman 2 β 3 meter. Dan saya panik ketika kaki saya tak bisa lagi menginjak pasir :))
Kami (saya, Unga, Ntan, Kak Anhie) saling berpegangan, tarik menarik dan berteriak-teriak satu sama lain. Anbhar bingung, yang mana harus ditolong duluan hahahhaha
But that was an amazing moment. Saya akhirnya berenang di antara ikan-ikan, sambil dipegangi anbhar tentu saja, mana berani berenang jauh-jauh tanpa pelampung :p
Tentang Diving
Saya beruntung bisa mencoba diving, dipandu oleh seorang instruktur diving berpengalaman tanpa mengeluarkan biaya apapun. Yaaa, kita sama-sama tahu kan kalo diving itu termasuk salah satu olahraga mahal π
Sebenarnya voucher try scuba itu punya daeng Ipul yang memenangkan kuis ketika mengikuti event talkshow Diving di Gedung Miring Telkomsel. Anbhar juga menang voucher yang sama. Tapi saat hari pelaknsanaannya, Daeng Ipul sedang di Jakarta.
Jadilah saya ketiban durian runtuh menjajal try scuba di kolam renang Tirta Lontara dipandu oleh om Reko Binawan. Bisa sih tanpa pocer, tapi harus bayar 250 ribu untuk sesi 2 jam.
Mengenal alat-alat diving, belajar teknik bagaimana membersihkan mask yang berkabut di dalam air dan teknik memasang kembali regulator yang terlepas di dalam air. Tampak sederhana, tapi susah prakteknya.
Awalnya membiasakan diri di air sambil mengenakan peralatan diving lengkap. Tabung oksigennya lumayan berat, belum lagi peralatan lainnya yang harus dipakai. Baju, sepatu, fin, mask, alat snorkel, pemberat di pinggang dan di kantong, saya merasa terperangkap dan mulai merasa tidak nyaman. Berusaha menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
Ketika kami dipandu untuk mulai menyelam di mulai dari area yang paling dangkal, saya mulai agak panik, mengikuti arahan om Reko sambil berusaha mengingat-ingat yang diinstruksikan sebelumnya.
Saya berhasil membersihkan mask di dalam air meski harus mengulang 3 kali. Di bagian mencari regulator, saya panik. Air kolam terminum dan saya melejit ke permukaan. Om Reko mengikuti dan menenangkan. Saya menenangkan diri dan memutuskan mencoba lagi. Akhirnya bisa setelah beberapa kali mencoba dan meminum air kolam :/
Yang terakhir, kami diajak om Reko ke area 3 m. Saya betul-betul panik. Napas semakin susah, mata kabur dan telinga sakit. Nisa, asisten instruktur memegangi saya, mengajarkan caranya agar kuping tak sakit.
Kami melayang di kedalaman 3 m. Nisa memegangi saya karena saya tak bisa menyesuaikan keseimbangan agar melayang di air. Saya kewalahan dan merasa sesak napas. Sebentar-sebentar tangan dan kaki saya bergerak, saya juga tak bisa mengatur udara di BCD agar bisa melayang. Kadang saya melejit ke atas, bila dikempeskan saya malah turun ke dasar. Yaa, naik turun gitu beberapakali. Akhirnya di pinggang saya ditambahkan satu lagi pemberat.
Saat itu yang terpikir di kepala hanya: Apa yang saya lakukan di sini? Thisβs not for me. Saya gak cocok untuk diving!
Ketika akhirnya sesi selesai dan kami ngobrol-ngobrol santai sambil menikmati teh panas dan pisang goreng, saya mengungkapkan apa yang saya rasakan. Saya gak cocok, saya ketakutan melihat gelapnya air kolam. Itu baru di kolam, bagaimana dengan di laut? Bagaimana dengan dinding-dinding karang, apa yang ada di baliknya? Bagaimana bila ada ular laut atau hiu? β-”
Om Reko bilang, itu wajar karena ini pengalaman pertama. Setiap orang akan butuh beradaptasi. Ini bukan habitat kita. Segalanya akan berbeda ketika saya pelan-pelan menguasai alat dan mulai menikmati keindahan alam bawah laut.
Ketika ditawari untuk ikut Discovery Scuba diving di Pulau Samalona, saya menolak. Biar anbhar saja yang mencoba. Saya cukup menikmati laut dengan berenang dan mengintip keindahannya dengan snorkeling.
Demikianlah, hingga saat ini saya belum berminat untuk mencoba diving lagi. Diving memang bisa membawamu menyelami keindahan alam bawah laut, semakin dalam. Tapi di sisi lain diving bukan olahraga biasa, nyawa taruhannya, dan saya belum siap untuk itu. Selain itu, ini olahraga mahal :p
Dibutuhkan pengetahuan yang memadai dan keterampilan untuk menyelam dan meminimalkan resikonya. Dekompresi dan barotrauma adalah resiko yang harus dihadapi oleh penyelam. Selain itu harus menambah pengetahuan tentang ikan yang berbahaya, karang, arus pasang dan bahaya lain untuk menghindari terjadinya cedera.
Laut memang indah. Tapi saya cukup mengagumi dan memuja keindahannya dengan berjemur di pantainya, bermain pasir, berenang sambil snorkeling di kejernihan airnya. Diving? Mungkin suatu hari nanti π
Saya tidak pernah minat kalo diajak diving secara phobia kedalaman π
saya takut gelap –“
Pengalaman agama itu bukan instan tapi proses..,
pulau Dutungan β Barru. Ternyata masih banyak pulau2 dengan pantai2nya yang indah, wow…bisa menjadi nilai jual dalam bisnis travel nih, hehehe, sepertinya saya harus membuat itinary atau paket2 wisata Sulsel di jakarta sini, meski ada pulau seribu di sini, mungkin aromanya beda, siapa tahu orang2 jakarte mau daftar..,
atau kerja sama dengan anak2 AM??. hehehe..bisnis… π
Tentu saja Anbhar memilih Nanie untuk ditarik tangannya, hehehe.. keren..,
asyik bisa belajar diving..apalagi gratis, heeheh.. goodluck
Iye, masih banyak sekali pulau-pulau indah yang belum terkenal π
Pengalam seru.
Saya cukup memilih menikmati laut dan langit dari bibir pantai. tak berani membiarkan ombak-ombak itu menyentuh tubuhku lebih banyak, cukup pinggang ke bawah, hehehe… nggak bisa berenang. dan sejauh ini hanya mengunjungi pantai-pantai di pantai selatan Yogyakarta, ombaknya ganas-ganas π
Ombak di pantai/pulau sekitar Makassar kalem-kalem mbak, ga seganas di pantai selatan Jogja, jadi asik buat berenang dan snorkeling π
Laut dan Gunung, entah kenapa saya jatuh cinta pada mereka.. π
Saya lebih cinta laut, ga sanggup naik gunung π
Foto biru laut, biru langitnya indah π
Yang aslinya lebih indah lagi π
ah indahnya laut π biru menenangkan. di permukaannya saja begitu memukau, apalagi yang ada di dalamnya? terumbu karang dan aneka hewan laut pastilah sangat indah dan menjadi kenangan tak terlupa. sayangnya, saya gak bisa renang dan takut terlalu lama berendam d air >.< bagaimana cara mengatasinya ya?
he-eh, diving mahal katanya. tapi keren, hehe
terus semangat ngeblog yaaa …
salam manis,
Arga Litha
Iyya diving mahal π saya juga gak bisa berenang kok, jadi tiap kali snorkeling selalu pake pelampung hahahahha :))
Saya sangat mencintai laut beserta isinya tp krn tdk tau berenang dan trauma wkt kecil di tambah sy anti sm hawa laut sy memutuskan pindahkan laut krmh sy ( aquarium Laut ). Saya mengeluti dunia reef aquarium selama 3 tahun dan teman2 pecinta aquarium laut juga sdh mulai byk dan kami memutuskan membuat suatu komunitas club aquarium laut d makassar yg d mana setiap bulan nya mengadakan snorkeling. Dan lg2 sy panik krn tdk tau berenang sy hanya ikut tp krn kecintaan sy sm laut akhirnya paksakan lompat klaut dengan peralatan snorkeling krn penasaran dengan isi yg sebenarnya di laut terlepas dr ap yg ad di tayangkan d tv.tanpa saya sadari sy pintar berenang dengan sendiri nya. Kesimpulan yg bs sy paparkan jika kita benar2 mencintai alam pasti alam menyambut kita.