Photo by Dg Nuntung
Diskusi Jurnalisme Warga, 20 Mei 2010, di Makassar Golden Hotel. Dari rundown acara yang terlampir, registrasi ulang di mulai pukul setengah 9. Saya dan ntans tiba dilokasi pukul 9 lewat, dan belum ada tanda2 acara akan dimulai. Jam karet lagi sepertinya.
Ketika akhirnya MC menyatakan sebentar lagi diskusi akan dimulai dan para peserta di persilahkan duduk, saya dan ntan segera mencari posisi yang nyaman. Lalu para panelis di perkenalkan, ada 3 orang. Pepih Nugraha dari kompasiana.com, Donny BU dari Detik.com, Uni Lubis dari Dewan Pers dan dimoderatori oleh Ukki S. Latief dari Harian Fajar. Wah, semua orang-orang hebat, saya jadi bersemangat mengikuti jalannya acara sembari berharap semoga tidak membosankan seperti diskusi2 sejenis tentang sosialisasi UU. Dan ternyata, i’m totally wrong, diskusinya sangat menarik. Pemaparan materi sangat jelas disertai contoh2. Kang Pepih dan mas Donny misalnya, memberikan gambaran betapa jurnalisme warga sangat penting artinya. ketika media mainstream dituntut untuk patuh pada aturan2 baku, jurnalisme warga bisa lebih flexibel.
Selama ini saya pikir, seorang citizen journalism paling tidak harus memiliki sebuah web atau blog, ternyata tidak seperti itu. Ketika kita mewartakan sebuah kejadian, baik melalui facebook, twitter atau social media lainnya maka kita sudah dikategorikan seorang citizen journalism.
Selama ini saya berpikir, saya adalah blogger, apa pun yang saya tulis di blog saya adalah hak saya. Ini adalah ruang pribadi saya, mau tulis suka2 saya ya terserah saya. Tapi ternyata tidak seperti itu. Memang blog personal kita adalah milik kita pribadi, kita bebas menuliskan apa pun di dalamnya. Akan tetapi, bebas disini dalam artian “bebas yang bertanggungjawab”. Ketika kemudian kita menyebutkan nama seseorang atau lembaga, maka hati2lah, karena ini sudah menyangkut hak asazi orang lain. Dunia maya sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan dunia nyata, tetap ada yang dinamakan dengan etika. Prita, TVOne dan Gesang, Yusran dari Kompasiana, menjadi beberapa hal yang diangkat sebagai contoh2 nyata.
Satu hal menarik dari Kang Pepih adalah mengenai kata “Jurnalisme Warga”. Adanya kata jurnalisme, membuat sebagai sebagian besar dari kita berfikir bahwa untuk menjadi seorang citizen journalism, kita harus patuh pada kode etik journalisme. Karena itu lebih baik bila dikatakan sebagai “catatan warga”.
Hal menarik lainnya yang sempat terekam adalah
Mainstream Media + Citizen Journalism = Better Journalism
Quote yang menarik.Sebuah media mainstream akan selalu mengangkat berita-berita teraktual dan penting, sedangkan citizen journalism bisa memberitakan hal-hal yang menarik meskipun tidka penting. Sebagai contoh: Sebuah media mengangkat berita tentang ” Presiden SBY mengumumkan Menteri Keuangan yang baru”, ini adalah sebuah berita yang penting. Sedangkan CJ menuliskan bahwa sebelum mengumumkan Menteri Keuangan yang baru, Presiden SBY sempat keseleo lidah *misalnya*, ini adalah berita menarik tapi tidak penting. Hal lain adalah ketika sebuah media mainstream didominasi oleh kepentingan kapitalis dan para oemilik modal, maka disinilah peran penting catatan para warga. Jadi dengan adanya catatan warga dan media mainstream, akan saling melengkapi.
Hal penting lainnya lainnya adalah : mengenai masalah tanggung jawab seorang jurnalis dan seorang Citizen Journalism.
Seorang jurnalis professional yang bernaung dalam sebuah lembaga yang legal di mata pemerintah dan publik akan lebih berhati-hati dalam memberitakan sesuatu ke publik karena berada dalam sebuah tatanan hukum. Sedangkan kebanyakan Citizen Journalism kebanyakan menulsi berdasarkan perasaan dan kepentingan pribadi saja, tanpa memikirkan dampak dan tanggung jawab apa yang kemudian timbul dari berita yang dia tulis. Karena itu sangatlah penting untuk selalu cross check, mengkonfirmasi kepada orang/lembaga yang bersangkutan, atau paling tidak membuat disclaimer misalnya “ketika menurunkan berita, yang bersangkutan sudah coba dihubungi tetapi tidak merespon” atau hal-hal lain semacam itu.
Jadi seperti itulah, sungguh diskusi yang menarik dan sama sekali jauh dari kata membosankan. Banyak ilmu yang saya dapatkan, kuhususnya tentang etika jurnalisme warga. Terima kasih.
reviewnya kereeeen! suka suka suka!
*angkat 5 jempol*
#ntan : 5?? jempolnya sapa ko culik satu? -_-
#mpie : lah dari dulu saya memang keren kok hahahahha 10 jempol?? ckckck darimana semua mi itu, itu jari, jempol semua ya? (lmao)
nanie, keren! tnyata bnyk kmajuan gaya menulisx. keren bgt. 10jmpol. *pnjem 5 jempolx ntan.
@mpie: woooi, jempolku cuman 4. huft! -_-“